JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GRIB Jaya, H. Zulfikar, memberikan klarifikasi tegas atas kabar yang menyebut lembaganya menggugat Masjid KH. Abdurrahman Wahid di kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Menurutnya, informasi tersebut merupakan kesalahpahaman dan bahkan bisa dikategorikan sebagai fitnah.
“Saya tegaskan, tidak pernah ada gugatan terhadap masjid. Yang ada adalah surat undangan klarifikasi kepada pengelola masjid terkait informasi dari masyarakat yang mengadu ke lembaga hukum kami soal kepemilikan lahan. Tapi itu bukan gugatan, melainkan ajakan bertabayun,” ujar Zulfikar dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/5).
Pernyataan itu disampaikan Zulfikar bersama Kepala Bidang Hukum DPP GRIB Jaya, Kabid Ekonomi GRIB Jaya Bang Rambo, serta didampingi perwakilan Takmir Masjid KH. Abdurrahman Wahid, Satkornas Banser, dan LBH Ansor.
Zulfikar menyatakan, klien dari LPH GRIB Jaya bahkan berencana menghibahkan lahan kepada pihak masjid dan gereja yang berada di area tersebut.
“Surat undangan itu justru ditujukan untuk menyampaikan bahwa klien kami bersedia menghibahkan tanahnya untuk masjid dan gereja. Tapi malah dipelintir jadi berita seolah-olah kami menggugat. Ini sangat disayangkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa GRIB Jaya memiliki hubungan baik dengan Nahdlatul Ulama (NU), GP Ansor, dan Banser. Bahkan, Ketua Umum GRIB Jaya, H. Hercules, disebut sebagai donatur tetap untuk sejumlah masjid di berbagai daerah, termasuk yang sedang dibangun di kediamannya di Indramayu.
“NU adalah bapak ideologi kami. Ansor adalah saudara kami. Banser adalah sahabat kami. Jadi tidak mungkin kami menggugat rumah ibadah yang kami hormati,” kata Zulfikar.
Pertemuan antara GRIB Jaya dan pengurus masjid telah berlangsung dalam suasana kekeluargaan dan akan ditindaklanjuti dengan penyerahan surat hibah secara resmi di kantor DPP GRIB Jaya.
Dengan klarifikasi ini, pihak GRIB Jaya berharap tidak ada lagi berita simpang siur yang bisa memecah hubungan baik antara organisasi mereka dan keluarga besar Nahdlatul Ulama (RED).






























Discussion about this post