BEIRUT, RADIANTVOICE.ID – Serangan udara Israel di Beirut pada Jumat (20/9) menewaskan setidaknya 37 orang, menurut pihak berwenang Lebanon. Serangan tersebut menargetkan para komandan Hezbollah di wilayah pinggiran ibu kota Lebanon, dengan korban termasuk wanita dan anak-anak.
Tim penyelamat masih melakukan pencarian di antara reruntuhan pada Sabtu (21/9) untuk menemukan orang-orang yang masih hilang. “Setidaknya 23 orang masih belum ditemukan,” ujar Menteri Transportasi Lebanon yang berafiliasi dengan Hezbollah, Ali Hamieh, di lokasi kejadian sebagaimana dilansir dari Reuters.
Hezbollah menyatakan bahwa 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan lainnya, Ahmed Wahbi, turut menjadi korban dalam serangan udara yang disebut sebagai yang paling mematikan selama setahun terakhir konflik dengan Israel.
Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka menargetkan pertemuan bawah tanah yang dihadiri Aqil dan pimpinan pasukan elit Hezbollah, Radwan.
“Kami hampir sepenuhnya menghancurkan rantai komando militer mereka,” kata juru bicara militer Israel.
Serangan tersebut menghancurkan sebuah gedung bertingkat di daerah padat penduduk dan merusak fasilitas penitipan anak yang berada di sebelahnya. Tiga anak dan tujuh wanita dilaporkan menjadi korban, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Serangan balasan lintas perbatasan pun terus berlanjut. Hezbollah melancarkan serangan roket ke sasaran militer di Israel utara, sementara pesawat tempur Israel melancarkan serangan terbesar mereka selama 11 bulan terakhir di Lebanon selatan. Israel mengklaim telah menghancurkan sekitar 180 target milik Hezbollah.
“Musuh Israel sedang membawa wilayah ini menuju peperangan,” ujar Hamieh saat mengunjungi lokasi serangan di Beirut.
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, membatalkan perjalanan yang direncanakan ke Sidang Umum PBB di New York. Ketegangan ini juga memicu kekhawatiran internasional, dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menyatakan keprihatinannya atas potensi eskalasi.
Meskipun demikian, Sullivan juga menyebut bahwa pembunuhan pemimpin senior Hezbollah membawa “keadilan bagi kelompok yang dicap teroris oleh Washington”. Ia menambahkan, “Kami percaya ada jalur untuk mencapai penghentian permusuhan dan solusi yang membuat warga di kedua sisi perbatasan merasa aman.”
Dengan serangan yang terus berlanjut, Israel mengantisipasi pembalasan dari Hezbollah. Militer Israel meningkatkan status siaga dan membatasi kegiatan publik di komunitas-komunitas utara, termasuk di kota pesisir Haifa, sebagai langkah persiapan terhadap kemungkinan serangan lebih jauh dari Hezbollah.
Total korban jiwa di Lebanon selama sepekan terakhir telah melebihi 70 orang, menjadikan jumlah korban tewas akibat konflik sejak Oktober mencapai lebih dari 740, menurut laporan PBB.
Discussion about this post