Oleh. Fathorrahman Fadli*
JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Muhaimin Iskandar memang sangat lihai dalam politik. Ada saja terobosan politiknya. Sekarang dia membikin kejutan lagi. PKB mendapuk anak muda bernama Ais Shafiyah sebagai Ketua Harian Pengurus DPP PKB periode 2024-2029.
Ais Shafiyah ini jelas seorang perempuan muda nan cantik pula dia. Di usia yang terbilang belia 23 tahun, dia sudah meraih gelar doktor Ilmu Politik dari Universitas Airlangga. Menurut informasi yang saya peroleh dia akan segera maju mempertahankan disertasinya secara terbuka.
Ais adalah anak dari Muhammad Asfar, seorang dosen dan konsultan politik di Jawa Timur yang sudah lama berkecimpung dalam riset politik. Asfar dikenal sebagai konsultan politik yang tidak aneh-aneh. Ia kukuh pada disiplin riset yang metodologis.
Sewaktu saya aktif sebagai wartawan LKBN Antara di Surabaya, saya kerapkali meminta pendapat Mas Asfar selaku pengamat politik. Namun setelah saya menetap di Jakarta, suara dan pendapatnya di media nasional kerap tidak begitu menonjol.
Kalah oleh suara-suara kaum surveyor yang memburu kuantitas dan isi tas. Dari situ kita tidak lagi mendapatkan pencerahan atas fenomena dan kejadian politik yang sesungguhnya di lapangan. Sebab para surveyor pemilu itu memblokir fenomena politik dengan angka-angka statistik belaka.
Padahal politik jelas fenomena kualitatif, bukan semata-mata kuantitatif yang sifatnya statistikal belaka. Sampai sini saya berhenti sejenak bicara Asfar. Mari kita bicara Ais Shafiyah.
Munculnya Ais Shafiyah di tubuh PKB, rasanya penting diketahui oleh publik politik secara lebih luas.
Penting juga diketahui, kenapa PKB tiba-tiba memunculkan Ais sebagai Ketua Hariannya? Mari kita telusuri lebih jauh. Ais adalah mahasiswa aktivis yang pernah kuliah di Inggris.
Sewaktu di Inggris, Ais berteman dengan putri Muhaimin Iskandar yang juga sama-sama aktif di PPI, sebuah Perhimpunan Pelajar Indonesia di Eropa. Pertemanan mereka semakin akrab karena terlibat verbagai aktivitas organisasi di PPI.
Dari pergaulannya dengan putri Muhaimin Iskandar, Ais nampak memiliki talenta sebagai politisi. Maka Ais pun mendapatkan tawaran untuk aktif di PKB. Sepulangnya dari Inggris Ais mengadu nasib politiknya dengan mendaftar sebagai anggota DPRD di Kota Surabaya dan terpilih.
PKB Bertabur Anak Muda Progresif
PKB bukan hanya merekrut Ais Shafiyah. Namun Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Gadjah Mada atau BEM UGM Gielbran Muhammad Noor ditunjuk menjadi Wakil Ketua Harian Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB. Gielbran akan membantu Ketua Harian PKB Ais Shafiyah Asfar setelah masuk kepengurusan periode 2024-2029.
Gielbran dikenal dekat dengan Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo.
Dalam konferensi pers, Cak Imin memperkenalkan Gielbran Muhammad Noor yang menjadi wakil ketua harian termuda di usia 23 tahun dan masih menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan UGM.
Gielbran pernah menjadi ketua BEM UGM tahun 2023, setelah menjabat sebagai ketua BEM Fakultas Peternakan UGM tahun 2022. Dia juga pernah juga mengikuti summer school di University of Hiroshima sebagai perwakilan UGM.
Masa Depan PKB akan Gemilang
Jika dilihat dari kecenderungan PKB yang semakin mendekat kepada tokoh-tokoh muda, saya melihat ada potensi PKB bakal menjadi partai incaran anak muda. Dalam pemilu mendatang 2029 jumlah pemilih muda itu jelas membutuhkan tokoh-tokoh politik muda yang sadar akan aspirasi mereka.
Rasa-rasanya kesadaran itulah yang mendorong Muhaimin merekrut tokoh-tokoh muda di dalam partainya. Jika kesadaran itu tidak diinsafi secara politik, maka besar kemungkinan PKB akan bernasib sama dengan PPP yang menua. PPP sebagai partai besar abai melihat potensi tokoh muda dalam menggerakkan roda politik partainya.
Dominasi orang tua dalam partai hanya akan menghambat laju produksi kader-kader muda potensial sebagai pemikul tonggak estafet kepemimpinan nasional. Dari konteks menjaga estafet kepartaian itu kita perlu memberikan apresiasi terhadap Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB. Dan, itu berarti, PKB sebagai wadah perjuangan politik Kaum Nahdliyin (NU) akan terus cemerlang di masa depan.
*Penulis adalah Direktur Eksekutif Indonesia Development Research – IDR
Discussion about this post