JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menegaskan bahwa bencana yang melanda Sumatera tidak bisa hanya dipandang sebagai fenomena alam semata. Dalam Rapat Kerja Komisi X DPR bersama Mendiktisaintek dan BRIN, Senin (08/12), ia menyoroti kuatnya faktor kelalaian manusia dalam memperparah risiko banjir dan longsor.
Hetifah, yang juga seorang planolog, menyebut bahwa eksploitasi lahan, deforestasi, alih fungsi kawasan, dan pengabaian tata ruang telah berkontribusi besar terhadap bencana yang terjadi. Hal ini berbeda dengan bencana murni alam seperti gempa bumi atau tsunami.
“Longsor dan banjir bisa menjadi man-made disaster. Banyak terjadi akibat ulah atau kelalaian kita sendiri. Ini teguran keras agar tata kelola lingkungan diperbaiki,” tegas Hetifah.
Ia mengapresiasi langkah cepat KemendiktiSaintek dan BRIN dalam pemetaan, asesmen, serta pembentukan task force. Namun menurutnya, Indonesia harus segera berpindah dari pola penanganan reaktif menjadi pencegahan dan mitigasi jangka panjang.
Hetifah menilai dunia pendidikan dan riset memiliki peran krusial. Teknologi peringatan dini, rekayasa bangunan aman bencana, penguatan kurikulum kebencanaan, hingga pembentukan pusat unggulan riset kebencanaan di perguruan tinggi menjadi kebutuhan mendesak.
“Pendidikan, ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi harus menjadi garda terdepan melindungi masyarakat. Kita membutuhkan peta mitigasi jangka panjang berbasis data dan riset untuk melindungi anak-anak dan generasi mendatang,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Komisi X DPR siap memberikan dukungan legislasi dan anggaran, termasuk kemungkinan realokasi anggaran pada 2026 untuk memperkuat infrastruktur riset dan mitigasi.
“Dengan menyatukan kekuatan pendidikan, riset, dan inovasi, kita bisa membangun sistem yang jauh lebih tangguh sebelum bencana datang,” tutup Hetifah (RED).































Discussion about this post