JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Ledakan ribuan pager di seluruh Lebanon pada Selasa (17/9/24) kemarin, menyebabkan sembilan orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Insiden ini mengungkap kerentanan serius dalam sistem komunikasi Hezbollah yang telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menghindari penyadapan Israel.
Menurut Zeina Khodr, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Beirut, ledakan ini tampaknya merupakan bagian dari serangan terkoordinasi yang menyasar perangkat komunikasi Hezbollah.
“Kami melihat gambar-gambar dari seluruh Lebanon tentang pria-pria terluka, berdarah, dan tergeletak di jalanan. Ini jelas merupakan pelanggaran besar dalam sistem komunikasi mereka,” katanya.
Sebelumnya, pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, telah memperingatkan para pejuangnya untuk berhenti menggunakan ponsel pintar karena risiko penyadapan oleh Israel. Sebagai gantinya, mereka beralih menggunakan pager yang dianggap lebih aman dari penyusupan. Namun, ledakan yang hampir bersamaan di berbagai lokasi menunjukkan bahwa sistem ini juga tidak aman.
Seorang pejabat Hezbollah yang tidak disebutkan namanya menyebut ledakan pager ini sebagai “pelanggaran keamanan terbesar sejak perang Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober lalu”. Ia menambahkan bahwa ledakan tersebut telah menyebabkan kekacauan di seluruh negeri.
“Kami mengalami kerugian besar, baik dari segi korban maupun gangguan komunikasi,” ujarnya.
Analis militer, Elijah Magnier, berspekulasi bahwa pager-pager tersebut mungkin telah dimanipulasi sebelum didistribusikan kepada anggota Hezbollah.
“Untuk dapat meledakkan pager ini secara bersamaan, kemungkinan besar ada keterlibatan pihak ketiga yang berhasil menyusupi sistem distribusi perangkat tersebut,” ungkapnya kepada Al Jazeera.
Lebih dari 2.750 orang terluka dalam ledakan ini, dengan sekitar 200 di antaranya dalam kondisi kritis.
“Sebagian besar korban mengalami luka serius di bagian wajah, tangan, dan perut,” kata Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad sebagaimana dilansir Aljazeera. Beberapa rumah sakit bahkan kewalahan dengan jumlah korban yang terus berdatangan, sehingga meminta sumbangan darah.
Saksi mata dari Beirut selatan, Yusuf, menggambarkan suasana mencekam saat ledakan terjadi.
“Tiba-tiba saya mendengar ledakan di mana-mana. Orang-orang berlarian di jalanan, banyak yang terluka,” katanya.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Israel terkait insiden ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menegaskan bahwa AS tidak terlibat dan sedang mengumpulkan informasi terkait peristiwa tersebut.
“Saya bisa katakan bahwa AS tidak mengetahui insiden ini sebelumnya,” ujarnya.
Khodr menambahkan bahwa Hezbollah kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga kerahasiaan komunikasinya.
“Ledakan ini menunjukkan bahwa bahkan sistem yang dianggap aman sekalipun bisa ditembus, dan ini menjadi pukulan besar bagi Hezbollah,” jelasnya.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel, insiden ini menambah kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih lanjut antara kedua pihak (RED).
Discussion about this post