JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Elias Khoury, seorang novelis terkemuka asal Lebanon dan pendukung setia perjuangan Palestina, telah meninggal dunia pada usia 76 tahun. Khoury, yang dikenal sebagai suara penting dalam sastra Arab, telah berjuang melawan penyakit yang dideritanya dalam beberapa bulan terakhir dan beberapa kali dirawat di rumah sakit sebelum meninggal pada Minggu pagi (15/9/24) seperti dilaporkan oleh harian Al-Quds Al-Arabi tempat ia berkarir.
Khoury menghasilkan banyak karya berbahasa Arab yang mengangkat tema memori kolektif, perang, dan pengasingan selama beberapa dekade. Selain menulis, ia juga aktif mengajar, mengedit publikasi yang terkait dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dan menulis untuk berbagai surat kabar.
Banyak bukunya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Prancis, Inggris, Jerman, Ibrani, dan Spanyol. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Gate of the Sun, menggambarkan pengalaman pengungsi Palestina yang diusir pada tahun 1948, selama pendirian Israel. Novel ini juga diadaptasi menjadi film oleh sutradara Mesir, Yousry Nasrallah
Khoury pernah menulis, “Bencana itu dimulai pada tahun 1948 dan masih berlangsung hingga sekarang,” mengacu pada pendudukan wilayah Palestina oleh Israel.
Selain karyanya mengenai perjuangan Palestina, Khoury juga menulis tentang perang saudara Lebanon 1975-1990 dalam novel-novelnya seperti Little Mountain dan Yalo.
Lahir di Beirut pada 12 Juli 1948, Khoury menempuh pendidikan di Universitas Lebanon dan kemudian meraih gelar PhD dalam sejarah sosial dari Universitas Paris. Ia menjadi editor pengelola majalah Palestinian Affairs yang berafiliasi dengan PLO dari 1975 hingga 1979, bersama penyair Mahmoud Darwish.
Khoury juga memimpin bagian budaya dari surat kabar Lebanon yang kini sudah tidak ada, As-Safir, serta suplemen budaya dari surat kabar harian Annahar. Ia mengajar sastra di beberapa institusi di Amerika Serikat, termasuk Universitas Columbia di New York.
Walaupun kesehatan Khoury memburuk dalam beberapa tahun terakhir, ia terus menulis hingga akhir hayatnya. Pada 16 Juli, ia menerbitkan artikel berjudul A Year of Pain, menceritakan pengalamannya berbaring di rumah sakit dan menghadapi “hidup yang penuh rasa sakit, yang hanya berhenti untuk mengantarkan lebih banyak rasa sakit”. Ia menutup tulisannya dengan refleksi mengenai perang Israel di Jalur Gaza, yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan.
“Gaza dan Palestina telah dibombardir dengan brutal selama hampir setahun sekarang, tetapi mereka tetap berdiri teguh dan tak tergoyahkan. Sebuah teladan dari mana saya belajar mencintai hidup setiap hari.”tulissnya sebagaimana dilansir Aljazeera (RED).
Discussion about this post