Oleh : I.Sandyawan Sumardi*
LEIDEN BELANDA, RADIANTVOICE.ID – Meski aku telah mengunjungi “United States Holocaust Memorial Museum” di Washington, D.C., Amerika Serikat, dan “Jewish Museum Berlin” di Berlin, Jerman, tetapi aku belum pernah mengunjungi “National Holocaust Museum and Memorial” di Amsterdam dan “Anne Frank’s House” juga di Amsterdam, padahal sudah lebih dari 3 tahun aku tinggal di negeri Belanda.
Memang aku agak keterlaluan, padahal aku telah mengunjungi Amsterdam berkali-kali, bahkan melewati jalan depan rumah/museum Anne Frank juga sudah beberapa kali.
Maka aku agak jengah ketika beberapa hari lalu sepulangnya kami dari menghadiri rangkaian acara peringatan “Sixty years on from the 1965 Indonesian genocide” (60 tahun setelah genosida Indonesia 1965), Prof. Gerry van Klinken mengingatkan aku, betapa pentingnya bagi orang seperti aku (“Yang mengaku diri seorang pekerja kemanusiaan”, gumanku dalam hati) untuk mengunjungi dan berkontemplasi di “National Holocaust Museum and Memorial” dan Anne Frank’s House di Amsterdam.
Maka pagi tadi akhirnya aku mengunjungi Anne Frank’s House & Museum di Amsterdam. Ada sesuatu yang istimewa tentang tempat ini, bukan hanya sebuah museum, tetapi juga monumen peringatan, tonggak sejarah kelam dunia yang hidup.
Lokasi utama Rumah Anne Frank, tempat Anne Frank dan keluarganya bersembunyi, berada di Prinsengracht 263, Amsterdam. Namun, pintu masuk museum terletak di Westermarkt 20, Amsterdam, yang letaknya sangat dekat dengan bangunan utama.
Tentu saja lama merenungkan rumah dan museum Anne Frank langsung mengingatkan aku pada Buku Harian Anne Frank, yang sudah aku baca ketika aku kelas I SMP dulu.
Keindahan dan kedalaman kisah yang nampak pada kemampuan Anne Frank yang luar biasa guna mendokumentasikan pengalaman remaja universal (cinta, identitas, penemuan jati diri) dengan kejujuran dan kecerdasan yang demikian mengagumkan di tengah realitas Holocaust yang memilukan. Hal ini mengungkap kekuatan jiwa manusia yang tak tergoyahkan, ketahanan jiwa dalam menghadapi kesulitan begitu rupa dan keyakinan penuh harapan akan kebaikan bahkan di masa-masa tergelap dalam hidup sekalipun.
Kilasan Sejarah Anne Frank
Anne Frank lahir pada 12 Juni 1929 di Frankfurt, Jerman. Ia meninggal pada bulan Maret 1945 di kamp konsentrasi Bergen-Belsen, Jerman, karena penyakit tifus. Kisah Anne Frank terkenal melalui buku harian yang ia tulis saat bersembunyi bersama keluarganya di Amsterdam selama pendudukan Nazi, dan menjadi simbol korban Holocaust yang tewas.
Anne Frank lahir di Jerman dari keluarga Yahudi. Setelah Nazi berkuasa, keluarganya pindah ke Amsterdam, Belanda, pada tahun 1933 untuk melarikan diri dari persekusi. Ketika Nazi menginvasi Belanda pada tahun 1940, kebijakan anti-Yahudi diterapkan. Anne dan keluarganya, bersama empat orang lainnya, bersembunyi di “Rumah Rahasia” (Secret Annex) di belakang kantor perusahaan ayah Anne, Otto Frank.
Pada 4 Agustus 1944, Gestapo (polisi rahasia Jerman) menemukan tempat persembunyian itu dan menangkap semua penghuninya. Keluarga Frank dideportasi ke kamp konsentrasi Auschwitz, kemudian ke Bergen-Belsen. Di sana, Anne dan saudara perempuannya meninggal karena tifus pada awal Maret 1945, hanya beberapa minggu sebelum kamp dibebaskan oleh pasukan Inggris.
Buku harian Anne Frank, yang ia tulis selama masa persembunyian, ditemukan setelah perang dan diterbitkan oleh ayahnya, Otto, satu-satunya anggota keluarga yang selamat. Buku itu, yang berjudul “Diary of a Young Girl”, menjadi salah satu dokumen paling terkenal tentang Holocaust dan telah diterjemahkan ke banyak bahasa di seluruh dunia.
Buku harian Anne Frank menawarkan wawasan mendalam tentang dampak perang terhadap manusia, kekuatan harapan, dan pentingnya kasih sayang serta pengertian, yang mengubah sebuah dokumen sejarah menjadi sebuah kesaksian yang sangat pribadi dan inspiratif.
Perjuangan Remaja Universal
Anne bergulat dengan isu-isu remaja yang umum seperti identitas, hubungan yang berkembang dengan keluarga dan teman sebaya, serta pencarian pemahaman diri.
Apa saja perjuangan Anne Frank? Misalnya, orang Yahudi tidak boleh lagi mengunjungi taman, bioskop, atau toko-toko non-Yahudi. Peraturan tersebut membuat semakin banyak tempat terlarang bagi Anne. Ayahnya kehilangan perusahaannya, karena orang Yahudi tidak lagi diizinkan menjalankan bisnis mereka sendiri. Semua anak Yahudi, termasuk Anne, harus bersekolah di sekolah Yahudi yang terpisah.
Refleksi yang Mendalam
Dalam “The Diary of Anne Frank“, refleksi diri yang mendalam menjadi inti narasi, di mana Anne mengeksplorasi kepribadiannya yang kompleks, pergulatan batinnya dengan tumbuh dalam persembunyian, pemahamannya yang terus berkembang tentang dirinya sendiri, dan perasaannya sebagai “sekumpulan kontradiksi” dengan menelaah pikiran dan perasaannya sendiri dengan kedewasaan yang melampaui usianya. Buku hariannya memberikan pandangan yang unik dan tanpa filter ke dalam dunia batinnya saat ia memproses identitas, hubungan, dan keadaan sulit yang dialaminya selama tinggal di Annex.
Buku hariannya berfungsi sebagai ruang introspeksi yang sangat jujur dan intim, mengungkap pertumbuhannya, seksualitas yang berkembang, rasa tidak aman, dan kecerdasannya yang tajam saat ia menghadapi tantangan-tantangan ini dalam persembunyian.
Suara Solidaritas
Suara Anne yang terbuka dan autentik menawarkan rasa solidaritas yang kuat bagi para pembaca, membuat pengalamannya terasa relevan terlepas dari latar belakang sejarahnya.
“Suara solidaritas” dalam buku harian Anne Frank muncul bukan dari kata-kata Anne sendiri, melainkan dari tindakan orang lain yang memberikan perlindungan dan dukungan kepada keluarganya dan orang lain yang bersembunyi selama Holocaust. Orang-orang ini, terlepas dari risiko yang sangat besar bagi nyawa mereka sendiri, menunjukkan keberanian, kasih sayang, dan komitmen yang mendalam terhadap kemanusiaan dengan membantu menyembunyikan dan mendukung mereka yang dianiaya oleh Nazi. Ketiadaan pamrih mereka dalam menyediakan makanan, bantuan, dan dukungan emosional merupakan ekspresi solidaritas yang kuat, meskipun tanpa suara, melawan penindasan dan keyakinan akan nilai inheren kehidupan manusia.
Iman Pada Kemanusiaan
Dalam buku harian Anne Frank, keyakinannya pada kemanusiaan diungkapkan melalui keyakinannya yang teguh akan kebaikan alami manusia dan harapannya akan masa depan yang lebih baik dan lebih baik, terlepas dari keadaan Perang Dunia II yang mengerikan dan kehidupannya yang tersembunyi. Optimisme abadi ini, yang dirangkum dalam kutipan terkenalnya, “Saya masih percaya, terlepas dari segalanya, bahwa manusia pada hakikatnya baik hati,” menjadi bukti kuat akan ketangguhan jiwa manusia dan pentingnya mempertahankan harapan bahkan di masa-masa tergelap sekalipun.
Meskipun situasinya mengerikan, Anne mempertahankan optimisme yang tak tergoyahkan dan keyakinan yang mendalam akan kebaikan alami manusia, sebagaimana diungkapkan dalam kutipan terkenalnya: “Saya tidak memikirkan semua kesengsaraan, tetapi semua keindahan yang masih tersisa”.
Bertahan Dalam Derita dan Putus Asa
Dalam Buku Harian Anne Frank, ketangguhan ditemukan dalam kemampuan Anne untuk mempertahankan harapan dan kehidupan batin yang kuat terlepas dari penderitaan, bahkan keputusasaan yang luar biasa akibat kurungannya dan kengerian perang. Ia menggunakan buku hariannya untuk refleksi dan ekspresi diri, menemukan kekuatan dalam keyakinan dan mimpinya, yang memungkinkannya untuk berpegang teguh pada keyakinan bahwa kebaikan akan menang, bahkan ketika dikelilingi oleh kebencian dan penderitaan. Kekuatan batin ini mengubah keadaan suramnya menjadi bukti kekuatan abadi jiwa manusia.
Menemukan Kekuatan Batin
Dunia batin sebagai tempat berlindung. Anne berpaling ke dalam, menggunakan buku hariannya sebagai ruang untuk eksplorasi diri dan penghiburan. Pikiran dan mimpinya menjadi sumber kekuatan, memungkinkannya untuk percaya pada masa depan yang lebih baik bahkan ketika harapan tampak jauh.
Iman dan Kepercayaan. Meskipun menghadapi keadaan yang ekstrem, Anne berpegang teguh pada iman dan kepercayaannya kepada Tuhan, yang memberikan penghiburan dan rasa damai.
Pertumbuhan Intelektual dan Spiritual. Tulisannya menunjukkan kapasitas luar biasa untuk introspeksi dan kebijaksanaan melampaui usianya, menunjukkan semangat tangguh yang terus tumbuh dan belajar dalam keterbatasan.
Harapan di Tengah Keputusasaan
Keyakinan pada Kebaikan. Anne mempertahankan keyakinan mendalam akan kebaikan alami manusia, menolak membiarkan kekejaman dan kebencian yang meluas memadamkan optimismenya akan masa depan umat manusia.
Merindukan Kebebasan dan Kedamaian. Catatan hariannya mengungkapkan hasrat yang mendalam untuk bebas kembali, untuk merasakan kebahagiaan hidup yang sederhana.
Sumber Bacaan
Avenant, Michael (January 5, 2016). “Anne Frank’s Diary Published Online Amid Controversy.” It Web. Accessed January 8, 2016.
“Anne Frank’s Diary Anniversary Marks the Day Holocaust Survivors Received Autographed Books as Birthday Gifts (PHOTOS).” The Huffington Post. June 12, 2013. Accessed April 29, 2014.
Hawker, Louise (2011). Genocide in Anne Frank’s Diary of a Young Girl. Greenhaven Publishing LLC. p. 65. ISBN 978-0-7377-6115-3.
Books of the Century: War, Holocaust, Totalitarianism. New York Public Library. 1996. ISBN 978-0-19-511790-5.
Christianson, Scott (November 12, 2015). “How Anne Frank’s Diary Changed the World.” Smithsonian Magazine. Accessed January 19, 2022.
Berger, Joseph (November 4, 2014). “Remembering Anne Frank, as Icon and Human Being.” The New York Times. Archived from the original on January 19, 2017. Retrieved November 21, 2023.
*Penulis adalah Aktivis Sosial tinggal di Leiden Belanda
Discussion about this post