JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Pemotongan anggaran senilai £1,6 juta oleh Dewan Kota Sheffield sepuluh tahun lalu menjadi titik awal bagi perubahan besar dalam layanan perpustakaan di kota tersebut. Sebanyak 16 perpustakaan, yang sebelumnya dikelola oleh dewan, kini dijalankan oleh para relawan. Berkat dedikasi mereka, perpustakaan yang pernah terancam ditutup kini berkembang menjadi pusat komunitas yang dinamis.
Salah satu perpustakaan yang bertahan dan berkembang adalah Perpustakaan Broomhill. Judith Pitchforth, yang menjadi sukarelawan di perpustakaan tersebut sejak pertama kali diambil alih oleh komunitas, mengakui bahwa tantangan tidak mudah dihadapi.
“Komunitas kami diberi kesempatan untuk melanjutkan layanan ini, dan itu adalah keputusan besar, terutama mengingat defisit anggaran yang dihadapi kota pada waktu itu,” katanya.
Pitchforth menyoroti pentingnya peran relawan dalam menjaga perpustakaan agar tetap berjalan. Tidak hanya sekadar membantu operasional sehari-hari, para relawan ini juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan komunitas lainnya, seperti program kesejahteraan dan literasi.
“Sukarelawan kami adalah kekuatan di balik perpustakaan ini,” tambahnya.
Perpustakaan Broomhill telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar tempat untuk meminjam buku. Mereka sekarang menawarkan layanan yang lebih luas, termasuk sesi penimbangan bayi dan program kesejahteraan mental yang bekerja sama dengan penyedia resep sosial.
“Membaca terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan, dan kami ingin perpustakaan ini menjadi tempat yang mendukung kesehatan mental masyarakat,” ujar Pitchforth.
Namun, tidak semua perpustakaan di Sheffield memiliki nasib yang sama. Ada perpustakaan yang harus berjuang dengan minimnya sumber daya, terutama dalam hal biaya perawatan dan rekrutmen sukarelawan. Beberapa perpustakaan harus menanggung biaya operasional mereka sendiri, yang menjadi tantangan berat bagi komunitas lokal.
Upperthorpe Library adalah salah satu contoh perpustakaan yang dikelola dengan dukungan lebih baik. Berlokasi di Zest, perpustakaan ini tidak perlu khawatir soal biaya perbaikan atau tagihan utilitas, karena berbagi lokasi dengan pusat kebugaran dan kafe. Ini memberikan fleksibilitas lebih bagi perpustakaan untuk fokus pada layanan komunitas.
Susannah Brewer, yang juga terlibat sebagai sukarelawan di Perpustakaan Upperthorpe, menyebutkan bahwa perpustakaan telah menjadi tempat penting bagi masyarakat lokal.
“Kami bangga bisa melayani komunitas yang beragam di sini. Meski area ini memiliki tingkat deprivasi yang tinggi, perpustakaan menawarkan berbagai layanan, mulai dari literasi hingga dukungan sosial,” katanya.
Brewer menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama adalah merekrut sukarelawan di tengah keterbatasan sumber daya. Namun, dengan dukungan yang terus datang, perpustakaan mampu menjaga layanan yang penting bagi masyarakat.
“Kami baru-baru ini mendapatkan beberapa sukarelawan baru, dan ini menjadi dorongan yang positif,” ujarnya.
Salah satu cerita menarik dari Perpustakaan Upperthorpe adalah tentang seorang anak kecil yang kata pertamanya adalah “perpustakaan.” Menurut Brewer, hal ini menunjukkan betapa pentingnya perpustakaan bagi kehidupan masyarakat, terutama di wilayah yang kekurangan akses terhadap layanan dasar.
Tidak hanya tempat untuk membaca, perpustakaan di Sheffield kini berfungsi sebagai pusat akses layanan digital. Banyak masyarakat yang datang untuk menggunakan komputer, mencetak dokumen, atau menggunakan layanan fotokopi. Brewer menambahkan, “Inklusi digital adalah hal penting saat ini, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke perangkat teknologi di rumah.”
Di balik kelangsungan perpustakaan-perpustakaan ini, ada kekuatan sukarelawan yang tak kenal lelah. Mereka tidak hanya menjalankan layanan dasar, tetapi juga menciptakan ruang yang memungkinkan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang bersama (*).
Discussion about this post