WASHINGTON, RADIANTVOICE.ID – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya telah menghentikan seluruh proses negosiasi pencabutan sanksi terhadap Iran, menyusul pernyataan bernada keras dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang ia anggap provokatif dan penuh kebencian.
Dalam unggahan panjang di platform Truth Social pada Jumat (27/6), Trump menyatakan awalnya telah membuka peluang diplomatik bagi Iran untuk pulih secara ekonomi melalui pelonggaran sanksi. Namun, setelah pernyataan Khamenei yang mengklaim kemenangan dalam perang dengan Israel dan bahkan menyebut Iran telah “menampar wajah Amerika”, Trump memilih menghentikan seluruh upaya diplomatik.
“Saya sedang mengerjakan kemungkinan pencabutan sanksi… namun saya justru disambut dengan kemarahan, kebencian, dan kejijikan. Maka saya segera menghentikan semuanya,” tulis Trump, dikutip The National, Sabtu (28/6).
Trump juga mengklaim bahwa dirinya pernah menyelamatkan nyawa Khamenei, dengan menghentikan rencana pembunuhan oleh Israel.
“Saya telah menyelamatkannya dari kematian yang sangat buruk dan memalukan,” ujar Trump dalam pernyataannya yang kontroversial.
Pernyataan Khamenei yang memicu kemarahan Trump sebelumnya disampaikan usai Iran merespons serangan militer Israel dan Amerika selama 12 hari konflik. Dalam perang tersebut, Iran membalas dengan serangan rudal ke sejumlah kota Israel dan juga pangkalan militer AS di Al Udeid, Qatar.
Khamenei menyebut respons Iran sebagai “tamparan keras ke wajah Amerika”, dan menyatakan bahwa Israel telah hancur secara militer dan moral di bawah gempuran rudal Iran.
Trump Ancam Serangan Baru Jika Iran Perkaya Uranium
Tak hanya menghentikan jalur diplomatik, Trump juga menegaskan bahwa ia tidak akan ragu untuk menyerang Iran kembali jika negara tersebut melanjutkan pengayaan uranium.
“Tentu, tanpa pertanyaan, pasti,” katanya di Gedung Putih saat menjawab pertanyaan wartawan, Jumat (27/6), terkait kemungkinan serangan lanjutan ke fasilitas nuklir Iran seperti Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Trump mengklaim bahwa ketiga fasilitas tersebut telah “dimusnahkan sepenuhnya” dalam serangan udara AS pada 22 Juni, meskipun berbagai media mempertanyakan klaim kerusakan total itu.
Di sisi lain, Trump menyebut bahwa baik Iran maupun Israel kini dalam kondisi kelelahan, dan menyatakan bahwa perannya sebagai mediator menjadi kunci tercapainya gencatan senjata.
“Saya katakan mereka kelelahan… dan kami melakukan pekerjaan yang hebat,” ujar Trump, memuji peran pemerintahannya dalam menenangkan eskalasi besar di Timur Tengah.
Langkah Trump menghentikan pelonggaran sanksi dan mengancam serangan baru dipandang sebagai sinyal bahwa konflik AS-Iran belum benar-benar berakhir. Meskipun gencatan senjata telah diteken, retorika keras dan saling tuding terus berlanjut, memunculkan pertanyaan: apakah ini benar-benar akhir dari perang, atau hanya jeda sebelum badai berikutnya? (RED).































Discussion about this post