WASHINGTON – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan dalam dinamika konflik Iran-Israel yang kian memburuk. Dalam pernyataannya kepada wartawan di New Jersey, Trump mengaku sedang mempertimbangkan dukungan terhadap aksi militer Israel dan akan mengambil keputusan dalam dua minggu ke depan. Ia juga mengkritik klaim Direktur Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard, yang sebelumnya menyatakan tidak ada bukti Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.
“Pernyataan itu salah besar,” ujar Trump tegas dilansir dari Sky News.
Lebih lanjut, Trump menyatakan pesimistis terhadap efektivitas diplomasi antara Iran dan Eropa. “Iran tidak ingin berbicara kepada Eropa. Mereka ingin berbicara kepada kami. Eropa tidak akan bisa membantu dalam hal ini,” katanya. Namun, ia tidak menutup peluang untuk mendukung gencatan senjata antara Iran dan Israel, bergantung pada dinamika yang terjadi di lapangan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyebut situasi saat ini sebagai “momen berbahaya” dan menyerukan semua pihak agar mencegah eskalasi lebih lanjut di kawasan. Hal ini disampaikannya setelah pertemuan diplomatik di Jenewa bersama mitranya dari Jerman, Prancis, Uni Eropa, dan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.
Lammy menekankan pentingnya membuka kembali jalur dialog antara Iran dan Amerika Serikat, sembari memperingatkan bahwa “jendela diplomasi semakin menyempit.”
Dalam forum yang sama, Araghchi menegaskan bahwa Iran hanya bersedia bernegosiasi jika serangan militer Israel dihentikan. Ia juga menegaskan bahwa kemampuan pertahanan Iran tidak bisa dinegosiasikan.
“Iran siap berdiplomasi kembali… asalkan agresi dihentikan dan pelaku kejahatan dipertanggungjawabkan,” katanya sebagaimana dikutip pada Sabtu (21/06) dari Sky News (RED).
			








		    





















                
Discussion about this post