MOSKWA, RADIANTVOICE.ID – Pemerintah Rusia memberikan respons keras terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sempat mengisyaratkan kemungkinan pembunuhan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Iran.
Dalam wawancara eksklusif dengan Sky News yang dirilis Jumat (21/6), Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut gagasan pembunuhan terhadap Khamenei sebagai tindakan yang “akan membuka kotak Pandora.” Ia menegaskan bahwa perubahan rezim di Iran merupakan skenario yang “tak bisa diterima.”
“Pernyataan seperti itu sangat berbahaya. Mereka bukan hanya menyulut kawasan, tetapi bisa mengacaukan stabilitas global,” ujar Peskov dalam wawancaranya dengan Sky News di Istana Konstantin, Saint Petersburg.
Kritik Rusia tidak hanya tertuju pada Trump, tetapi juga pada retorika politik Barat yang dinilai tidak sensitif terhadap risiko krisis yang lebih luas. Menurut Peskov, “Berpikir tentang membunuh pemimpin negara berdaulat menunjukkan ketidakdewasaan politik dan hanya akan menyulut ekstremisme di kawasan.”
Ia menambahkan, “Mereka yang bicara soal pembunuhan ini seharusnya paham bahwa konsekuensinya tidak akan terbatas pada Iran saja. Ini akan melahirkan ketegangan berlapis di seluruh dunia.”
Pernyataan ini memperjelas kekhawatiran Moskwa atas potensi keruntuhan stabilitas politik di Teheran, negara yang kini menjadi sekutu kunci Rusia di Timur Tengah, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina berlangsung.
Putin Tawarkan Mediasi, Trump Justru Sinis
Di tengah konflik yang memanas, Presiden Vladimir Putin menawarkan peran sebagai penengah antara Iran dan Israel. Namun, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Donald Trump yang menyarankan agar Putin “mengurusi perangnya sendiri”, merujuk pada konflik Ukraina. Meski begitu, Peskov menghindari konfrontasi langsung dengan Trump.
“Setiap pemimpin punya gaya bahasa. Kami terbiasa dengan cara bicara Presiden Trump,” katanya dengan nada diplomatis.
Dalam kesempatan yang sama, Peskov juga menyinggung situasi di Ukraina. Ia menegaskan bahwa Moskwa tidak berniat menghentikan ofensif militernya karena saat ini mereka “memiliki keunggulan strategis.”
“Kenapa harus kami hentikan saat kami sedang unggul? Kami akan terus maju,” ujarnya, menanggapi seruan gencatan senjata dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Menurut Rusia, gencatan senjata saat ini hanya akan memberikan waktu bagi Ukraina dan sekutu Baratnya untuk memperkuat pertahanan. Karena itu, Moskwa bersikukuh bahwa gencatan senjata hanya masuk akal bila negara-negara seperti AS, Inggris, dan Prancis menghentikan suplai senjata ke Kyiv — sesuatu yang sejauh ini tidak terjadi.
Ketegangan Meningkat, Dunia Berjalan di Ujung Tanduk
Dengan perang yang meluas dari Ukraina ke Timur Tengah, Kremlin melihat potensi konflik global makin nyata. Apalagi, jika retorika “mengganti rezim” atau menyerang pemimpin negara sah makin digaungkan oleh para pemimpin Barat.
“Perluasan partisipasi dalam konflik ini akan menjadi lonceng bahaya bagi semua pihak,” tutup Peskov.
Kondisi geopolitik global kini di persimpangan. Ketegangan antara kekuatan besar tak hanya menjadi permainan diplomatik, tetapi taruhan nyata bagi masa depan perdamaian dunia.
Discussion about this post