MOSKWA, RADIANTVOICE.ID – Pemerintah Rusia menyatakan secara tegas bahwa perubahan rezim di Iran merupakan hal yang “tidak bisa diterima” dan memperingatkan bahwa pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, akan membuka “kotak Pandora” ketegangan global.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, di Istana Konstantin di Saint Petersburg.
“Situasinya sangat tegang dan berbahaya, tidak hanya untuk kawasan Timur Tengah, tetapi juga bagi stabilitas global,” ujar Peskov sebagaimana dilansir dari Sky News, Jum’at (20/06).
“Perluasan pihak yang terlibat dalam konflik ini hanya akan memperparah konfrontasi dan eskalasi,”imbuhnya.
Komentar keras ini muncul di tengah spekulasi Presiden AS Donald Trump soal kemungkinan keterlibatan militer langsung Amerika dalam konflik Israel-Iran, termasuk wacana provokatif soal pembunuhan Khamenei.
Rusia dan Iran memperkuat hubungan strategis mereka sejak invasi Moskwa ke Ukraina pada 2022. Pada Januari 2025, keduanya menandatangani kemitraan strategis yang semakin mengukuhkan posisi Iran sebagai sekutu utama Rusia di kawasan Timur Tengah.
Dalam wawancara dengan media Sky News, Peskov menegaskan bahwa gagasan perubahan rezim di Iran, apalagi melalui kekerasan, tidak dapat diterima dalam norma internasional.
“Bahkan membicarakan itu seharusnya tidak diperbolehkan,” katanya, dengan nada jelas menyindir Washington.
Meski tidak menyebut tindakan spesifik yang akan diambil Rusia jika Khamenei terbunuh, Peskov menegaskan bahwa dampaknya akan besar dan sangat tidak stabil. “Itu akan memicu lahirnya ekstremisme dari dalam Iran sendiri,” ucapnya. “Mereka yang menyerukan pembunuhan pemimpin itu harus paham—mereka akan membuka kotak Pandora.”
Putin Tolak Tepi, Trump Singgung Perang Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut telah menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam konflik Israel-Iran, namun tawaran tersebut ditolak oleh Trump. Dalam pernyataan terbarunya, Trump bahkan mengatakan kepada Putin agar “mediasi urusanmu sendiri” merujuk pada perang Rusia di Ukraina.
Menanggapi komentar tersebut, Peskov menolak menyebutnya sebagai penghinaan.
“Setiap orang punya gaya bahasa masing-masing. Presiden Trump memiliki cara berbicara yang khas. Kami cukup toleran, dan berharap orang lain juga begitu terhadap kami,” ujarnya diplomatis.
Dalam bagian lain wawancaranya, Peskov menegaskan bahwa Rusia tidak melihat alasan untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina, karena Moskwa saat ini merasa memiliki keunggulan strategis di medan tempur.
“Sekarang kami memiliki keuntungan strategis. Mengapa harus kami lepaskan? Kami tidak akan mundur. Kami akan terus maju,” kata Peskov.
Ia juga mengkritik gagalnya negara-negara Barat dalam menjamin penghentian bantuan militer ke Kyiv, yang menurutnya menjadi hambatan utama tercapainya gencatan senjata yang sejati.
“Amerika tidak bilang akan berhenti kirim bantuan. Inggris tidak juga. Prancis pun demikian. Ini masalahnya,” tegas Peskov.
Komentar-komentar terbaru dari Kremlin ini mencerminkan kecemasan mendalam Moskwa terhadap potensi perubahan geopolitik di Timur Tengah, khususnya jika Iran kehilangan stabilitas internal. Bagi Rusia, kehilangan Iran sebagai mitra strategis akan menjadi pukulan telak dalam lanskap global yang terus bergerak dinamis dan penuh konfrontasi.
Sementara dunia terus menahan napas menghadapi kemungkinan eskalasi perang regional menjadi konflik global terbuka, Moskwa mengirimkan sinyal kuat: menggoyang Teheran berarti mengguncang seluruh tatanan dunia (RED).
Discussion about this post