JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Nama Ronald Aristone Sinaga, atau yang dikenal sebagai Bro Ron, kini resmi masuk gelanggang Pemilihan Raya (Pemira) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai bakal calon ketua umum. Namun pencalonannya bukan sekadar formalitas internal partai. Bro Ron datang dengan modal sosial dari bawah dan pesan simbolik: politik PSI tak boleh terjebak kultus personalitas.
Pendaftaran Bro Ron, yang berlangsung Rabu (18/6) di kantor DPP PSI, Jakarta, disambut dengan penuh optimisme oleh para simpatisannya—baik secara daring maupun luring. Dengan dukungan 6 DPW dan 35 DPD, Bro Ron lolos ambang administratif pencalonan.
Namun, yang menarik perhatian publik bukan sekadar jumlah rekomendasi. Bro Ron maju setelah Kaesang Pangarep—Ketum PSI saat ini—melontarkan tantangan terbuka melalui media sosial. “Bro Ron, berani enggak melawan saya?” ujar Kaesang, yang memicu gelombang respons warganet dan menjadi momen penting dalam dinamika internal PSI.
“Saya maju karena banyak warganet meminta saya tampil. Dan ketika Ketua Umum menantang langsung, saya tidak punya alasan untuk mundur. Ini soal membuka ruang kompetisi yang sehat,” ujar Bro Ron saat konferensi pers.
Dalam era politik yang makin terhubung digital, Bro Ron adalah figur yang lahir dari interaksi antara aktivisme siber dan semangat akar rumput. Ia bukan kader pendiam di barisan belakang, melainkan sosok yang konsisten menyuarakan isu-isu rakyat kecil, terutama melalui kanal media sosial pribadinya.
Bro Ron memaknai PSI sebagai rumah perjuangan yang memungkinkannya menyuarakan keadilan sosial tanpa dikekang birokrasi partai.
“Saya tidak bisa membayangkan menjadi Bro Ron di partai lain. Di PSI, saya diberi kebebasan yang luar biasa untuk membela rakyat kecil dengan gaya dan cara saya sendiri,” ungkapnya.
Figur Alternatif di Tengah Ketum Muda yang Populer
Kaesang Pangarep, figur muda dan populer yang kini memimpin PSI, tentu menjadi favorit banyak kader. Namun pencalonan Bro Ron menghadirkan pilihan alternatif yang relevan dan rasional. Ia adalah pebisnis berpengalaman, lulusan pendidikan vokasi di Amerika Serikat, dan CEO dari beberapa perusahaan teknologi seperti PT Dunia Motor Internasional dan Sena Indonesia.
Dengan pendekatan yang mengutamakan pengalaman manajerial dan jejaring profesional, Bro Ron menawarkan kepemimpinan kolektif—kontras dengan tren partai politik yang terlalu terpusat pada figur sentral.
Bro Ron menyadari bahwa peluang menang tidak semata bergantung pada popularitas, tapi kemampuan membangun narasi ideologis di dalam partai. Ia berharap Pemira PSI bisa menjadi ruang pendidikan politik bagi publik, bukan hanya sekadar pertarungan figur.
“Bukan soal menang atau kalah. Ini soal menunjukkan bahwa dalam PSI, setiap kader punya ruang untuk bersuara dan diuji. Inilah demokrasi yang kita perjuangkan bersama,” pungkasnya.
Dengan masuknya Bro Ron ke arena Pemira, PSI kini menghadapi fase penting dalam konsolidasi internal—antara politik keterbukaan dan godaan popularitas semata. Apakah partai ini siap membuktikan bahwa solidaritas tak hanya slogan, melainkan prinsip yang membuka ruang kontestasi yang sehat? (RED).
Discussion about this post