JAKARTA, RADIANTVOICE.ID -Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen partainya untuk terus memperjuangkan kemakmuran rakyat dan menjaga kedaulatan bangsa, khususnya dalam menghadapi dinamika global dan tantangan ekonomi strategis.
Demikian dikatakan Bahlil saat menyampaikan pidato kunci dalam diskusi “Arah Kebijakan Geostrategi dan Geopolitik Indonesia” yang diselenggarakan oleh Bidang Media dan Penggalangan Opini Partai Golkar di Sekretariat DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Kamis (8/5/2025) kemarin.
Dalam pidatonya, Bahlil menyoroti posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Menurutnya, dari sisi jumlah penduduk dan ekonomi, Indonesia seharusnya menjadi rujukan utama di kawasan. “Kita satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk G20. GDP kita kini terbesar keempat di antara negara-negara G20, artinya kue ekonomi kita besar,” ujarnya.
Bahlil juga menekankan keunggulan Indonesia dari sisi sumber daya alam, terutama karena masuk dalam kategori komoditas mineral kritis yang sangat dibutuhkan dunia. Namun, ia tidak menampik sejumlah kelemahan Indonesia saat ini, seperti daya beli masyarakat terhadap produk teknologi tinggi yang belum maksimal, kemampuan industri nasional dalam penguasaan teknologi, dan penetrasi pasar global yang belum optimal.
“Belum ada formulasi baku untuk menghadapi ketidakpastian global saat ini. Saya pribadi masih menggunakan konsep ‘tiba saat tiba akal’,” jelas Bahlil. Ia mencontohkan pengalamannya saat di Kementerian ESDM yang kerap mengubah kebijakan energi hingga empat kali dalam seminggu akibat situasi dunia yang sangat dinamis.
Ia juga menyoroti ketegangan kawasan seperti India dan Pakistan yang berpotensi berdampak pada ekspor batu bara dan CPO Indonesia. Dalam menghadapi situasi ini, menurutnya kunci ketahanan nasional terletak pada daya beli masyarakat yang erat kaitannya dengan kepastian pendapatan dan lapangan kerja.
“Kalau ingin keadilan sosial terwujud, harus ada pekerjaan. Tidak semua bisa masuk PNS atau TNI-Polri, artinya sektor swasta harus dibuka melalui investasi,” tambahnya. Bahlil menekankan bahwa investasi bukan sekadar angka, tetapi harus diarahkan untuk mendorong hilirisasi dan industrialisasi.
Bahlil juga menyinggung peran Partai Golkar dalam mendukung kebijakan hilirisasi nasional, seperti penghentian ekspor bijih nikel sejak 2020 yang sempat menuai gugatan Uni Eropa di WTO. “Tapi kita lawan. Karena kita bukan negara koloni. Kita punya kedaulatan, dan harus dihargai,” tegasnya.
Hasil dari kebijakan hilirisasi nikel, lanjut Bahlil, sangat nyata. Jika sebelumnya nilai ekspor nikel hanya sekitar USD 3,3 miliar, kini melonjak menjadi USD 34 miliar. Indonesia pun menjadi eksportir produk turunan nikel terbesar di dunia, terutama untuk industri baterai kendaraan listrik.
“Tuhan terlalu baik pada Indonesia. Golkar akan terus berada di garis depan memperjuangkan kemakmuran rakyat dan kedaulatan bangsa,” pungkas Bahlil dengan semangat (RED).
Discussion about this post