VATIKAN, RADIANTVOICE.ID – Konklaf seperti yang kita kenal sekarang berasal dari Abad Pertengahan dan didirikan untuk mencegah kekosongan Takhta Suci (Sede Vacante) yang berkepanjangan serta campur tangan dari pihak luar.
Istilah “Konklaf” berasal dari dua kata Latin: cum (dengan) dan clavis (kunci). Dalam terminologi Gereja, istilah ini merujuk pada tempat tertutup di mana pemilihan Paus dilakukan, sekaligus pada kelompok Kardinal yang berkumpul di sana untuk memilih Paus baru.
Diresmikan secara formal pada tahun 1274 oleh Paus Gregorius X
Konklaf yang akan dimulai pada 7 Mei untuk memilih Paus ke-267 akan menjadi konklaf ke-76 dalam bentuk modern seperti yang kita kenal saat ini—bentuk yang ditetapkan oleh Paus Gregorius X pada tahun 1274. Ini juga akan menjadi konklaf ke-26 yang dilangsungkan di bawah lukisan Pengadilan Terakhir karya Michelangelo di Kapel Sistina.
Selama berabad-abad, berbagai reformasi secara bertahap membentuk prosedur pemilihan Paus. Perubahan signifikan pertama diperkenalkan oleh Paus Nikolas II pada tahun 1059 melalui Bulla In nomine Domini, yang menetapkan bahwa hanya para kardinal yang berhak memilih Uskup Roma.
Sebelum itu, penerus Santo Petrus dipilih dengan partisipasi komunitas gerejani: para rohaniwan menilai calon-calon yang diajukan oleh umat, lalu para uskup yang mengambil keputusan akhir. Pengaruh luar dan campur tangan kekuatan politik pada masa itu seringkali turut menentukan hasil pemilihan dan memperumit prosesnya.
Pada tahun 1179, Paus Aleksander III menerbitkan Konstitusi Licet de vitanda, yang memperkenalkan ketentuan bahwa pemilihan Paus harus dilakukan dengan mayoritas dua pertiga suara—sebuah prinsip penting yang masih berlaku hingga hari ini.
Pemilihan Paus 1268–1271 di Viterbo, yang Terlama dalam Sejarah Gereja
Lahirnya institusi Konklaf berawal dari pengalaman pahit Gereja. Konklaf secara resmi diformalkan pada tahun 1274 oleh Paus Gregorius X dalam Konstitusi Ubi periculum, yang menetapkan bahwa dalam pemilihan-pemilihan berikutnya, para kardinal harus dikunci dalam tempat tertutup (cum clave), baik dari akses ke dalam maupun luar, agar dapat fokus pada tugas memilih pemimpin baru Gereja Katolik “tanpa campur tangan politik atau kepentingan pribadi.”
Aturan ini muncul setelah pemilihannya sendiri pada tahun 1271 di kota Viterbo, Italia, yang memakan waktu hampir tiga tahun (1268–1271) akibat campur tangan dari pihak luar. Pemilihan ini tercatat sebagai yang terlama dalam sejarah Gereja. Menurut kisah yang beredar, pada tahun 1268, 18 kardinal berkumpul di istana kepausan Viterbo namun tak kunjung mencapai kesepakatan. Warga Viterbo yang frustrasi akhirnya mengunci mereka di dalam istana dan bahkan menutup pintu-pintu dengan tembok. Akhirnya, Teobaldo Visconti—yang saat itu adalah diakon agung di Liège, bukan kardinal, bahkan bukan imam—terpilih dan menjadi Paus Gregorius X.
Konklaf Pertama Tahun 1276
Setelah diberlakukannya Ubi periculum, konklaf resmi pertama berlangsung di Arezzo, Tuscany, pada tahun 1276 dengan terpilihnya Paus Innosensius V. Kemudian, pada 1621, Paus Gregorius XV memperkenalkan sistem pemungutan suara rahasia dan tertulis. Pada tahun 1904, Paus Pius X menghapus hak veto (hak keberatan) yang pernah diklaim oleh beberapa kerajaan, serta mewajibkan kerahasiaan total atas semua proses yang terjadi selama konklaf—bahkan setelah konklaf berakhir.
Perubahan dari Abad ke-20 Hingga Sekarang
Setelah Perang Dunia II, Paus Pius XII menerbitkan Konstitusi Apostolik Vacantis Apostolicae Sedis pada tahun 1945 yang membawa aturan baru. Sejak Tahta Suci kosong, semua kardinal—termasuk Sekretaris Negara dan para prefek kongregasi—dinyatakan berhenti dari tugasnya, kecuali bagi Kamerlengo, Penitensiaria Apostolik, dan Vikaris Roma.
Selanjutnya, melalui Motu proprio Ingravescentem Aetatem, Paus Santo Paulus VI menetapkan bahwa hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara dalam konklaf.
Tidak Semua Konklaf Pernah Diadakan di Kapel Sistina
Konklaf pertama yang diselenggarakan di Kapel Sistina berlangsung pada tahun 1492. Meskipun sejak tahun 1878 semua konklaf telah diadakan di Kapel Sistina, selama berabad-abad sebelumnya pemilihan Paus berlangsung di berbagai tempat sebelum akhirnya ditetapkan satu lokasi tetap. Sebagian besar konklaf tetap diadakan di Roma, namun tercatat 15 kali konklaf pernah berlangsung di luar Kota Abadi tersebut.
Beberapa konklaf bahkan pernah dilaksanakan di luar Italia. Konklaf tahun 1314–1316 diadakan di Prancis, dan sekitar satu abad kemudian, konklaf tahun 1415–1417 diselenggarakan di Jerman.
Dalam Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis, Paus Santo Yohanes Paulus II menetapkan Kapel Sistina, yang dijuluki Via Pulchritudinis (Jalan Keindahan), sebagai lokasi resmi untuk pemilihan Paus baru.
Durasi Konklaf
Durasi konklaf bervariasi. Seperti disebutkan sebelumnya, pemilihan terlama dalam sejarah adalah pemilihan Paus Gregorius X, yang berlangsung selama dua tahun dua bulan. Sebaliknya, pemilihan Paus tercepat terjadi pada tahun 1503 yang hanya memakan waktu beberapa jam dan menghasilkan terpilihnya Paus Yulius II.
Konklaf yang memilih mendiang Paus Fransiskus berlangsung relatif singkat: ia terpilih pada 13 Maret 2013 hanya dalam lima putaran pemungutan suara dalam waktu kurang dari dua hari.
Biasanya, Paus yang baru terpilih akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus untuk menyapa umat di Lapangan Santo Petrus dalam waktu sekitar satu jam setelah asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina.
Meskipun dalam beberapa abad terakhir semua Paus berasal dari kalangan kardinal, hal ini sebenarnya bukanlah persyaratan mutlak. Namun, hal ini sangat umum terjadi. Paus terakhir yang terpilih tanpa sebelumnya menjadi kardinal adalah Paus Urbanus VI pada tahun 1378 (RED).
*Disclaimer*
Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel berjudul “The Conclave from the Middle Ages to the Present Day” yang diadaptasi dari sumber resmi Vatican News (www.vaticannews.va). Hak cipta atas konten asli sepenuhnya dimiliki oleh Vatican News dan digunakan di Radiant Voice untuk tujuan edukasi, informasi, dan literasi publik mengenai sejarah serta tradisi Gereja Katolik. Kami menghormati hak kekayaan intelektual dan berkomitmen mencantumkan sumber dengan jelas. Jika terdapat keberatan atau permintaan penghapusan atas publikasi ulang ini, silakan hubungi redaksi kami.
Discussion about this post