JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa hilirisasi merupakan kunci utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, ia juga mengakui bahwa pelaksanaan hilirisasi selama ini belum berjalan secara adil. Hal ini ia sampaikan dalam acara Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) di Rumah Dinas Menteri ESDM, Jakarta, pada Rabu (12/3/2025).
Dalam pemaparannya, Bahlil menjelaskan bahwa investasi memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, mencapai 30%. Sebagai mantan Menteri Investasi, ia menekankan bahwa industrialisasi adalah bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi Indonesia.
“Kontribusi pertumbuhan ekonomi kita 30% itu berasal dari investasi. Dan ekonomi investasi itu adalah industrialisasi dan hilirisasi,” ujar Bahlil.
Ia pun menyoroti keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan ekspor dari hasil hilirisasi, khususnya di sektor nikel.
“Dari tahun 2019 sampai 2024, ekspor kita dari hasil hilirisasi nikel sudah mencapai 40 miliar USD. Ini adalah sebuah capaian besar,” jelasnya.
Namun, Bahlil mengakui bahwa implementasi hilirisasi di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama dalam aspek pemerataan manfaat.
“Saya harus akui bahwa hilirisasi ini belum adil. Hilirisasi harus adil bagi masyarakat lokal, bukan hanya untuk Jakarta,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bahlil mengungkapkan bahwa konsep hilirisasi di Indonesia tidak boleh hanya terfokus pada sektor nikel, tetapi harus diperluas ke berbagai komoditas lainnya.
“Saya sudah menyusun master plan untuk hilirisasi 26 komoditas, termasuk sektor pertambangan mineral, batu bara, minyak dan gas, pertanian, perikanan, serta kehutanan,” ujarnya.
Sebagai bagian dari komitmennya terhadap hilirisasi, Bahlil juga menjelaskan bahwa ia telah mengusulkan pembentukan Satgas Hilirisasi yang melibatkan berbagai kementerian teknis, termasuk Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN, untuk memastikan tata kelola yang lebih terstruktur.
Di akhir pemaparannya, Bahlil menegaskan bahwa hilirisasi harus menjadi strategi jangka panjang dalam mendorong perubahan struktur ekonomi Indonesia dari konsumtif menjadi produktif.
“Negara ini tidak akan menjadi negara maju jika struktur ekonominya tetap konsumtif. Kita harus mendorong perubahan ke arah produksi dan industri, dan itu hanya bisa dilakukan dengan hilirisasi,” pungkasnya.
Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah tokoh alumni HMI, akademisi, serta pelaku usaha yang memiliki perhatian terhadap kebijakan ekonomi nasional (RED).
Discussion about this post