JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi menyatakan pentingnya menjadikan kawasan transmigrasi sebagai pusat pengembangan peternakan sapi untuk mendukung swasembada daging dan susu. Hal ini diungkapkan Viva Yoga dalam tanggapannya terhadap dorongan Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) pada Senin (21/1/2025) di Jakarta.
Menurut Viva Yoga, kawasan transmigrasi memiliki potensi besar dengan luas lahan yang memadai serta ketersediaan pakan alami. Hal ini menjadi dasar kuat untuk mendukung program swasembada daging sebagai bagian dari cita-cita Indonesia Emas 2045.
Ia menjelaskan, sub sektor peternakan berperan strategis sebagai penyedia protein hewani, penggerak ekonomi pedesaan, pencipta lapangan kerja, dan pengembangan industri pangan. Namun, produksi nasional saat ini masih jauh dari kebutuhan. Produksi daging sapi nasional hanya 0,37 juta ton, sedangkan kebutuhan mencapai 0,77 juta ton, menciptakan defisit sebesar 0,4 juta ton. Hal serupa terjadi pada produksi susu nasional, yang baru mencapai 1 juta ton dari kebutuhan 4,7 juta ton.
“Untuk menutup gap ini, diperlukan langkah-langkah strategis seperti peningkatan kualitas bibit dan reproduksi sapi, penguatan kelembagaan peternak, peningkatan kompetensi manajemen, serta kolaborasi antara industri dan peternak,” ujar Viva Yoga, yang juga pengurus HKTI di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.
Ia menegaskan, pembangunan peternakan sapi di kawasan transmigrasi membutuhkan kolaborasi lintas kementerian, termasuk Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian ATR/BPN, dan Kementerian Kesehatan. “Pendekatan terintegrasi ini akan membuat program lebih efisien dan efektif,” katanya.
Program ini juga mendapat dukungan penuh dari MAPORINA, yang menilai kawasan transmigrasi sebagai lokasi strategis untuk mengembangkan peternakan sapi demi mengurangi ketergantungan pada impor. Viva Yoga optimistis, dengan sinergi yang baik, swasembada daging dan susu dapat terwujud.
Viva Yoga juga menggarisbawahi pentingnya peran masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya dalam mendukung program ini. Ia menekankan perlunya regulasi dan anggaran yang realistis dengan output yang terukur. “Dengan langkah-langkah ini, cita-cita Indonesia Emas 2045 semakin dekat untuk terwujud,” tutupnya (RED).
Discussion about this post