MAGETAN, RADIANTVOICE.ID – Akhir tahun 2024 menjadi momen istimewa bagi seni tradisional Indonesia, khususnya Reog Ponorogo. Riyono Caping, anggota DPR RI dari Komisi IV Dapil Ponorogo, menggelar pagelaran seni Reog di Joglo Kantor Komunikasi dan Informasi Semar, Desa Jambangan, Kawedanan, Magetan. Acara tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 3 Desember 2024.
“Reog adalah budaya lokal yang sudah mendunia. Diakui UNESCO, Reog kini memiliki nilai internasional setara budaya kelas dunia lainnya,” ujar Riyono saat membuka acara.
Riyono menekankan bahwa Reog bukan hanya hiburan, tetapi juga sarat akan filosofi hidup. “Keindahan dadap merak melambangkan hidup yang penuh warna dan keberanian seperti singo barongnya. Gerakan Reog mengajarkan kekuatan menghadapi berbagai cobaan hidup,” jelas Riyono.
Sejarah mencatat, Reog Ponorogo berasal dari era Kerajaan Kediri pada abad ke-9 Masehi. Seni ini berkembang di wilayah Wengker, lokasi berdirinya Kerajaan Bantarangin, dan pertama kali dikenal dengan nama “Barongan,” dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam dari Bali.
Pagelaran seni Reog di Magetan ini dihadiri oleh sekitar 1.500 orang dari pagi hingga siang hari. Para penonton menikmati berbagai variasi tarian dan atraksi khas seni Reog Ponorogo yang dibawakan oleh paguyuban seniman dari Desa Giripurno.
“Kita harus mempertahankan budaya asli daerah agar tidak tergerus budaya asing yang minim nilai dan sering merusak jati diri anak muda. Dengan menampilkan Reog di berbagai acara resmi dan hiburan rakyat, kita bisa mengajak generasi muda lebih mencintai budayanya sendiri,” kata Riyono.
Riyono mengakhiri acara dengan harapan agar Reog terus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. “Budaya kita kaya akan nilai dan hikmah. Reog adalah simbol kekuatan jiwa dan raga, sekaligus pengingat bahwa jati diri bangsa harus selalu kita jaga,” pungkasnya (RED).
Discussion about this post