JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Anggota Komisi X DPR RI, dr. Gamal Albinsaid, menyoroti rendahnya tingkat literasi di Indonesia yang disebutnya sebagai krisis literasi. Menurutnya, langkah konkret diperlukan untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi masyarakat, khususnya di kalangan pelajar.
Saat kunjungan kerja Badan Legislasi DPR RI ke kantor Gubernur Sulawesi Tenggara, Gamal menyoroti fasilitas Pojok Baca Digital di Bandara Haluoleo, Kendari. “Hampir dua jam saya di sana, tidak ada pengunjung bandara yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Ini menunjukkan betapa seriusnya krisis literasi kita,” ujarnya, Jumat (22/11).
Gamal memaparkan data dari UNESCO yang menyebut hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia memiliki minat baca. Selain itu, laporan The World Most Literate Nation Ranking oleh CCSU menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 60 negara. “Skor PISA kita pada 2022 hanya 359, jauh di bawah rata-rata negara OECD yang berada di angka 476,” tambah Gamal.
Ia menilai beberapa faktor menjadi penyebab rendahnya literasi di Indonesia, seperti aksesibilitas, overuse teknologi, dan lemahnya budaya literasi. “Kita butuh langkah akseleratif untuk membangun literasi bangsa,” tegasnya.
Menurut Gamal, pendekatan pertama yang perlu dilakukan adalah menghadirkan perpustakaan di tempat-tempat umum yang dekat dengan kehidupan masyarakat. “Bukan hanya membangun perpustakaan baru, tetapi menghadirkan perpustakaan di pasar, terminal, penjara, kafe, hingga mal,” jelasnya.
Langkah kedua adalah gerakan literasi yang lebih fleksibel dan tidak sekadar seremonial. Ia mengusulkan kebijakan wajib membaca selama 15-30 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. “Literasi harus diintegrasikan ke dalam pembelajaran sehari-hari, bukan hanya melalui festival literasi,” cetusnya.
Budaya literasi juga perlu dibangun melalui apresiasi terhadap peserta didik. “Misalnya, memberikan hadiah berupa buku, kunjungan rutin ke perpustakaan, atau tugas membaca yang diikuti dengan kegiatan menulis atau diskusi,” ujarnya.
Gamal juga mendorong metode pengajaran yang tidak mendominasi dengan ceramah, tetapi memberikan ruang bagi siswa untuk membaca secara mandiri. “Melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam tradisi membaca akan memperkuat budaya literasi,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Gamal menyatakan optimisme bahwa gerakan literasi ini dapat membangkitkan semangat membaca di kalangan generasi muda. “Kalau kita serius, kita bisa membawa perubahan besar dalam budaya literasi Indonesia,” pungkas politisi Fraksi PKS ini.
Usulan ini diharapkan mampu meningkatkan literasi masyarakat secara luas, mendukung terciptanya generasi yang cerdas dan berdaya saing di masa depan (RED).
Discussion about this post