BAKU AZERBAIJAN, RADIANTVOICE.ID – Anggota Komisi XII DPR RI, Ratna Juwita Sari, menyampaikan gagasan penting tentang pembiayaan berkelanjutan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29) di Baku, Azerbaijan, Selasa (19/11/2024). Dalam konferensi bertajuk “Climate Breakthroughs for Finance, Forest, Energy, and Waste”, Ratna menyerukan penguatan diplomasi internasional untuk mendukung aksi mitigasi perubahan iklim.
“Pemerintah Indonesia harus meningkatkan diplomasi untuk memobilisasi sumber daya internasional guna mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca,” ujar Ratna melalui keterangan yang diterima Radiant Voice pada Kamis (21/11/2024). Dia menegaskan, komitmen Indonesia menurunkan emisi sebesar 31,89% pada 2030, sebagaimana tercantum dalam Enhanced Nationally Determined Contributions (NDC), membutuhkan pembiayaan lebih dari Rp 4.000 triliun.
Ratna menyatakan bahwa pembiayaan sebesar itu mustahil dipenuhi hanya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu, Indonesia harus memanfaatkan momentum COP29 untuk menggalang dukungan dari negara-negara maju.
“Anggaran ini sangat besar dan Indonesia tidak bisa menanggungnya sendiri. Diperlukan hibah dan investasi dari negara-negara maju untuk memenuhi target NDC kita,” tegasnya.
Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran penting dalam agenda global pengendalian perubahan iklim. “Hutan Indonesia adalah aset dunia. Negara maju harus berkontribusi lebih besar dalam melindunginya,” tambah legislator PKB tersebut.
Ratna juga menyoroti perlunya mengoptimalkan potensi perdagangan karbon internasional. Dia mendorong pemerintah membuka skema pasar karbon sukarela untuk sektor kehutanan dan energi baru terbarukan. “Jika diterapkan dengan baik, perdagangan karbon bisa menjadi solusi pembiayaan hijau yang efektif,” ujarnya.
Mewujudkan Net Zero Emission 2060
Ratna percaya bahwa perdagangan karbon dan investasi hijau akan membantu Indonesia mencapai target Net Zero Emission pada 2060. “Investasi hijau akan mendukung konservasi hutan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan percepatan bauran energi terbarukan,” katanya.
Menurut Ratna, keberhasilan agenda ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga ekonomi. “Langkah ini akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi kemiskinan,” imbuhnya.
Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia berada dalam sorotan dalam pertemuan COP29. “Komitmen Indonesia harus disertai dengan dukungan internasional yang konkret. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk memperkuat posisi dalam diplomasi perubahan iklim,” ujar Ratna.
Dengan partisipasinya dalam COP29, Ratna berharap pemerintah mampu membawa hasil konkret dari diplomasi hijau ini. “Dunia internasional harus diyakinkan bahwa Indonesia adalah mitra strategis dalam pengendalian perubahan iklim,” pungkasnya.
Konferensi COP29 yang berlangsung hingga 22 November 2024 diharapkan menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan global dalam menjaga keberlanjutan lingkungan sekaligus mengamankan kepentingan ekonomi nasional (RED).
Discussion about this post