MOSKOW, RADIANTVOICE.ID – Kremlin membantah keras laporan yang menyebutkan adanya pembicaraan telepon antara Presiden terpilih AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, menyatakan bahwa berita tersebut adalah “fiksi murni.” Sumber anonim sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa Trump, yang baru saja memenangkan pemilihan presiden pada 5 November, berbicara dengan Putin terkait upaya menghindari eskalasi dalam konflik Ukraina.
Menurut laporan awal dari The Washington Post, Trump dikabarkan mengimbau Putin untuk tidak meningkatkan ketegangan dalam perang Ukraina. Namun, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Senin (11/11), menegaskan bahwa informasi tersebut tidak akurat dan merupakan hasil dari pemberitaan yang tidak berdasar.
“Ini benar-benar tidak benar. Ini fiksi murni, hanya informasi palsu,” ujar Peskov saat diwawancarai. “Ini adalah salah satu contoh kualitas informasi yang sering kali dipublikasikan sekarang, bahkan di media yang cukup berpengaruh,” tambahnya.
Ketika ditanya apakah ada rencana Putin untuk berbicara dengan Trump dalam waktu dekat, Peskov menyebut belum ada jadwal konkret untuk komunikasi semacam itu. Di sisi lain, Trump telah melakukan komunikasi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada pekan lalu, meskipun rincian percakapan ini belum diungkapkan lebih lanjut.
Sementara itu, Presiden AS yang masih menjabat, Joe Biden, tengah mempertimbangkan langkah-langkah untuk mempertahankan bantuan bagi Ukraina. Dalam wawancara terpisah, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menyatakan bahwa Biden akan memperjuangkan dukungan untuk Ukraina di Kongres dalam masa transisi kepemimpinan.
“Presiden Biden akan memiliki kesempatan untuk menjelaskan kepada Kongres bahwa Amerika Serikat tidak boleh meninggalkan Ukraina, karena hal itu akan berpotensi membawa ketidakstabilan di Eropa,” ujar Sullivan kepada CBS News.
AS telah mengalokasikan miliaran dolar dalam bantuan militer dan ekonomi untuk Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022. Trump dan banyak anggota Partai Republik lainnya mengkritik dukungan finansial tersebut, menilai bahwa sumber daya itu seharusnya digunakan untuk prioritas domestik.
Senator Republik Bill Hagerty, yang disebut sebagai kandidat potensial untuk Menteri Luar Negeri dalam kabinet Trump mendatang, menyatakan, “Rakyat Amerika ingin kedaulatan mereka sendiri dilindungi terlebih dahulu sebelum kita menghabiskan dana dan sumber daya untuk melindungi kedaulatan negara lain.” (RED).
Discussion about this post