JAKARTA, RADIANTVOICE.ID –Dalam upaya mendukung target Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan, Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, mengajukan ide strategis untuk menarik generasi muda agar tertarik menjadi petani. Menurutnya, insentif berupa gaji dari pemerintah bisa menjadi daya tarik yang kuat bagi kaum muda untuk terjun ke sektor pertanian yang modern.
Riyono menekankan bahwa mengajak anak muda untuk menjadi petani bukan hal yang mudah. Namun, dengan adanya dukungan insentif, ia optimis minat generasi muda terhadap profesi ini bisa meningkat. “Anak muda mau jadi petani itu nggak gampang. Harus ada daya tarik, salah satunya dengan gaji dari pemerintah. Kalau nggak, siapa yang mau?” ujarnya saat menerima kunjungan Himpunan Media Senayan Jawa Timur di Jakarta pada Jumat (8/11).
Selain gaji, Riyono juga memiliki visi pertanian modern di mana petani tidak hanya bergantung pada tenaga manual, tetapi juga pada teknologi canggih. Ia membayangkan masa depan pertanian Indonesia yang sepenuhnya terintegrasi dengan teknologi, di mana petani dapat mengelola lahan hingga memasarkan produk menggunakan gadget.
“Langkah ini penting untuk merealisasikan target besar Presiden Prabowo Subianto, yakni mencetak 3 juta hektar sawah baru dalam empat tahun,” tutur Riyono, yang merupakan politisi dari PKS asal Dapil VII (Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Magetan, Ngawi).
Dalam visi pertanian modern tersebut, Riyono menggambarkan para petani yang akrab dengan teknologi, seperti penggunaan aplikasi untuk mengecek cuaca, memantau irigasi, hingga menjual hasil panen. Menurutnya, teknologi dapat mempermudah pekerjaan petani dan meningkatkan efisiensi produksi.
Riyono menyatakan bahwa Komisi IV DPR RI telah merancang beberapa program pelatihan dan pengembangan untuk mendukung modernisasi pertanian. Salah satu inisiatif yang diusulkan adalah platform media sosial Suara Petani Nelayan, yang diharapkan dapat menjadi ruang belajar dan berbagi pengalaman di kalangan petani.
Selain insentif dan teknologi, Riyono juga menyoroti pentingnya akses pendidikan bagi anak-anak petani. Menurutnya, kesejahteraan petani harus mencakup masa depan pendidikan generasi selanjutnya. Ia berbagi cerita bagaimana dirinya bisa melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro (Undip) berkat penghasilan dari bertani.
“Bapak saya tukang kayu, ibu petani. Tapi saya bisa kuliah karena bertani. Kesejahteraan petani itu bukan cuma soal ekonomi, tapi juga soal masa depan anak-anak mereka,” ujar Riyono dengan penuh semangat.
Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Riyono melihat peran strategis Jawa Timur dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Menurutnya, Jawa Timur memiliki potensi besar dalam memproduksi padi dan hortikultura, dan program modernisasi pertanian ini diharapkan dapat memperkuat posisi provinsi tersebut sebagai penyokong utama pangan Indonesia.
“Jawa Timur punya potensi besar, dan kita harus maksimalkan itu. Kita harus jaga agar produksi padi dan hortikultura tetap optimal,” lanjut Riyono.
Dengan dukungan insentif, teknologi, dan pendidikan, Riyono optimis generasi muda akan menjadi ujung tombak transformasi sektor pertanian Indonesia. Ia berharap, dengan pembinaan dan dukungan yang tepat, profesi petani bisa menjadi profesi yang menjanjikan bagi lulusan pertanian dan kaum muda lainnya.
Riyono mengakhiri dengan perhitungan konkret terkait usulan gaji bagi petani muda. “Kalau kita hitung, misal 2,7 juta petani muda digaji 5 juta per bulan, itu sekitar 60 triliun per tahun. Angka ini kecil untuk tujuan swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional,” tutupnya dengan optimisme tinggi (RED).
Discussion about this post