ATHENA, RADIANTVOICE.ID – Angkatan laut Uni Eropa, Aspides, yang telah membantu lebih dari 200 kapal berlayar dengan aman di Laut Merah, mengonfirmasi adanya evolusi taktik Houthi dalam pertemuan tertutup dengan perusahaan pelayaran pada awal September. Menurut laporan Reuters, Aspides menyatakan bahwa keputusan Houthi untuk memperluas peringatan ke seluruh armada menandai dimulainya “fase keempat” dari kampanye militer mereka di Laut Merah.
Aspides juga mendesak para pemilik kapal untuk mematikan transponder Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) mereka, yang menunjukkan posisi kapal dan membantu navigasi dengan kapal di sekitarnya. Aspides mengatakan bahwa mereka harus “mematikannya atau ditembak.” Menurut briefing tersebut, serangan rudal Houthi memiliki akurasi 75% ketika diarahkan pada kapal yang mengoperasikan sistem pelacakan AIS. Namun, 96% serangan meleset saat AIS dimatikan.
“Aspides menyadari adanya email tersebut,” kata Komandan Operasional Aspides, Laksamana Muda Vasileios Gryparis, sebagaimana dilansir dari Reuters. Ia menambahkan bahwa setiap tanggapan harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan perusahaan sangat disarankan untuk memberi tahu pakar keamanan mereka jika dihubungi sebelum berlayar.
“Secara khusus, untuk HOCC, nasihat atau panduan adalah untuk tidak merespons panggilan VHF dan email dari ‘Angkatan Laut Yaman’ atau ‘Pusat Komando Operasi Kemanusiaan’ (HOCC),”ujarnya.
Kampanye email Houthi dimulai pada Februari, dengan pesan-pesan yang dikirimkan kepada pemilik kapal, perusahaan asuransi, dan serikat pekerja pelaut utama dari HOCC. Email-email awal tersebut, dua di antaranya dilihat oleh Reuters, memperingatkan industri bahwa Houthi telah memberlakukan larangan perjalanan di Laut Merah untuk kapal-kapal tertentu, meskipun tidak secara eksplisit memperingatkan perusahaan tentang serangan yang akan segera terjadi.
Pesan-pesan yang dikirim setelah bulan Mei semakin mengancam. Setidaknya dua perusahaan pelayaran yang dioperasikan Yunani yang menerima ancaman email memutuskan untuk menghentikan perjalanan melalui Laut Merah, menurut dua sumber yang memiliki pengetahuan langsung. Sementara itu, seorang eksekutif dari perusahaan pelayaran ketiga, yang juga menerima surat, mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk menghentikan bisnis dengan Israel agar tetap bisa menggunakan rute Laut Merah.
“Jika transit yang aman melalui Laut Merah tidak dapat dijamin, perusahaan memiliki kewajiban untuk bertindak – meskipun itu berarti menunda jendela pengiriman mereka,” kata Stephen Cotton, Sekretaris Jenderal Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF), serikat pekerja terkemuka bagi para pelaut, yang menerima email dari HOCC pada Februari.
“Nyawa para pelaut bergantung padanya,”imbuhnya.
Kampanye email ini meningkatkan kekhawatiran di antara perusahaan pelayaran. Biaya asuransi untuk pemilik kapal Barat sudah melonjak akibat serangan Houthi, dengan beberapa perusahaan asuransi menghentikan perlindungan sama sekali, menurut sumber-sumber kepada Reuters.
Conbulk Shipmanagement Corporation yang berbasis di Yunani menghentikan pelayaran di Laut Merah setelah kapalnya, MV Groton, diserang dua kali pada bulan Agustus.
“Tidak ada kapal (Conbulk) yang beroperasi di Laut Merah. Ini terutama berkaitan dengan keselamatan awak. Begitu awak dalam bahaya, semua diskusi berhenti,” kata CEO Conbulk Shipmanagement, Dimitris Dalakouras, pada konferensi pelayaran Capital Link di London pada 10 September.
Torben Kolln, direktur pelaksana grup pelayaran kontainer asal Jerman, Leonhardt & Blumberg, mengatakan bahwa Laut Merah dan wilayah Teluk Aden yang lebih luas adalah “area terlarang” bagi armada mereka.
Saat dihubungi oleh Reuters, perusahaan-perusahaan tersebut tidak merespons permintaan komentar apakah mereka telah menjadi sasaran kampanye email Houthi.
Beberapa perusahaan tetap menyeberangi Laut Merah karena terikat perjanjian jangka panjang dengan penyewa atau karena mereka perlu mengangkut barang di wilayah tersebut. Laut Merah tetap menjadi rute tercepat untuk membawa barang ke konsumen di Eropa dan Asia.
Houthi tidak menghentikan semua lalu lintas kapal, dan sebagian besar kapal yang dimiliki oleh perusahaan China dan Rusia – yang tidak mereka anggap berafiliasi dengan Israel – dapat berlayar tanpa gangguan dengan biaya asuransi yang lebih rendah.
“Kami meyakinkan kapal-kapal milik perusahaan yang tidak memiliki hubungan dengan musuh Israel bahwa mereka aman dan memiliki kebebasan bergerak serta menjaga perangkat AIS mereka tetap aktif setiap saat,” demikian bunyi rekaman pesan Houthi yang disiarkan kepada kapal-kapal di Laut Merah pada September lalu dan diberitakan oleh Reuters.
“Terima kasih atas kerja samanya. Selesai.” (RED).
Discussion about this post