TEHERAN, RADIANTVOICE.ID – Undangan Ayatollah Ali Khamenei kepada Hassan Nasrallah untuk pindah ke Iran datang setelah ribuan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh Hezbollah meledak dalam serangan mematikan pada 17 dan 18 September. Demikian dikatakan pejabat senior Iran sebagaimana dipetik dari Reuters. Serangan ini secara luas dikaitkan dengan Israel, meskipun negara itu belum mengklaim tanggung jawab resmi.
Meskipun Khamenei khawatir akan kemungkinan adanya penyusup di dalam jajaran Hezbollah, Nasrallah tetap yakin akan keamanan dirinya dan sepenuhnya mempercayai lingkaran dalamnya, kata pejabat tersebut. Meskipun begitu, Khamenei mengirimkan pesan kedua melalui Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan untuk mendesak Nasrallah pindah ke Iran, namun Nasrallah bersikeras untuk tetap tinggal di Lebanon.
Beberapa pertemuan tingkat tinggi diadakan di Teheran setelah ledakan pager untuk membahas keamanan Nasrallah, namun pejabat Iran tersebut enggan menyebutkan siapa saja yang hadir. Sementara itu, di Lebanon, Hezbollah memulai investigasi besar-besaran untuk membersihkan para mata-mata Israel di dalam tubuh mereka, dengan memeriksa ratusan anggota setelah ledakan tersebut, menurut tiga sumber di Lebanon.
Sheikh Nabil Kaouk, seorang pejabat senior Hezbollah, memimpin investigasi ini. Namun, proses tersebut terhenti setelah Kaouk tewas dalam serangan Israel sehari setelah pembunuhan Nasrallah. Sebuah serangan sebelumnya juga menargetkan komandan-komandan senior Hezbollah lainnya yang terlibat dalam penyelidikan ini.
Kaouk sempat memanggil pejabat Hezbollah yang terlibat dalam logistik dan orang-orang yang terlibat dalam distribusi pager dan walkie-talkie, menurut sumber Hezbollah. Setelah pembunuhan Nasrallah dan beberapa komandan lainnya, Hezbollah merasa perlu untuk melakukan penyelidikan yang lebih dalam dan menyeluruh.
Ali al-Amin, pemimpin redaksi situs berita Janoubia yang berfokus pada komunitas Syiah dan Hezbollah, mengatakan bahwa ratusan orang ditahan oleh Hezbollah untuk diinterogasi terkait insiden pager ini. Hezbollah terkejut dengan seberapa dalam Israel berhasil menyusup ke dalam kelompok tersebut, menurut tujuh sumber terpercaya.
Mohanad Hage Ali, Wakil Direktur Penelitian Carnegie Middle East Center di Beirut, menyebut serangan ini sebagai “infiltrasi intelijen terbesar oleh Israel” sejak Hezbollah didirikan dengan dukungan Iran pada 1980-an. Eskalasi ini terjadi setelah hampir setahun pertempuran lintas batas, dengan Hezbollah mendukung Hamas melalui serangan roket.
Hamas sendiri membunuh 1.200 orang dan menyandera 250 orang dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Sebagai balasan, Israel telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan Israel dan ketakutan akan serangan berikutnya juga mencegah Hezbollah mengadakan pemakaman besar-besaran untuk Nasrallah yang mencerminkan status agama dan kepemimpinannya, menurut empat sumber dari dalam Hezbollah.
“Tidak ada yang bisa mengizinkan pemakaman dalam kondisi seperti ini,” kata seorang sumber Hezbollah sebagaimana dilansir dari Reuters. Ia mengungkapkan kesedihan atas situasi di mana pejabat dan pemimpin agama tidak bisa menghormati pemimpin mereka dengan layak. Beberapa komandan yang tewas minggu lalu telah dimakamkan secara diam-diam, dengan rencana untuk upacara keagamaan yang lebih resmi saat konflik berakhir.
Hezbollah mempertimbangkan untuk mendapatkan fatwa agar Nasrallah bisa dikuburkan sementara dan upacara pemakaman resmi diadakan setelah situasi memungkinkan. Kelompok tersebut juga belum menunjuk pengganti resmi untuk Nasrallah, mungkin untuk menghindari risiko pembunuhan yang sama terhadap penerusnya.
“Menunjuk Sekretaris Jenderal yang baru bisa berbahaya jika Israel membunuhnya segera setelah dilantik,” kata Amin. “Kelompok ini tidak bisa mengambil risiko lebih banyak kekacauan dengan menunjuk seseorang hanya untuk melihat mereka dibunuh,”imbuhnya (RED)
Discussion about this post