JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Terputusnya akses jalan dan jembatan akibat banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menyebabkan ribuan warga terisolasi. Kondisi ini menjadi perhatian Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ruslan Daud, yang meminta pemerintah segera membuka kembali jalur-jalur vital penghubung antarwilayah.
Ruslan menilai, keterisolasian warga memperparah dampak bencana karena masyarakat kesulitan mengakses bantuan, layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
“Di beberapa lokasi, warga benar-benar terputus dari akses transportasi. Mereka harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk mencari bantuan. Ini kondisi darurat yang tidak bisa ditangani setengah-setengah,” ujar Ruslan saat meninjau wilayah terdampak di Bireuen, Kamis (18/12/2025).
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum (PU), sedikitnya tujuh ruas jalan nasional di Provinsi Aceh terputus akibat banjir dan longsor. Selain itu, sejumlah jembatan penghubung antarwilayah mengalami kerusakan berat sehingga tidak dapat dilalui kendaraan.
Ruas-ruas jalan yang terdampak antara lain Jalan Nasional Medan–Banda Aceh di kawasan Kutablang, Kabupaten Bireuen, serta Jalan Nasional Bireuen–Takengon di Kilometer 50 wilayah Enang-Enang dan Kilometer 62 Tangge Besi, Kabupaten Bener Meriah. Jalur-jalur tersebut selama ini menjadi urat nadi mobilitas warga dan distribusi logistik.
Akibat lumpuhnya konektivitas, proses evakuasi korban dan penyaluran bantuan kemanusiaan berjalan lambat. Warga di daerah terdampak terpaksa mengandalkan jalur darurat dan bantuan terbatas dari relawan setempat.
Ruslan menegaskan, pemulihan akses jalan dan jembatan harus ditempatkan sebagai prioritas utama dalam penanganan pascabencana. Menurutnya, tanpa konektivitas yang memadai, upaya tanggap darurat hingga rehabilitasi tidak akan berjalan optimal.
“Kalau jalan terbuka, bantuan bisa segera masuk, evakuasi lebih cepat, dan masyarakat tidak lagi terisolasi,” katanya.
Berdasarkan dashboard penanganan darurat banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, tercatat sebanyak 1.059 orang meninggal dunia dan 52 orang masih dinyatakan hilang. Selain korban jiwa, bencana ini juga mengakibatkan kerusakan terhadap 1.600 fasilitas umum, 434 rumah ibadah, 290 gedung atau kantor, serta 967 fasilitas pendidikan.
Ruslan menekankan, besarnya dampak bencana tersebut harus menjadi dasar bagi pemerintah untuk segera mempercepat pemulihan infrastruktur, khususnya akses jalan dan jembatan, demi memulihkan kehidupan masyarakat di wilayah terdampak (RED).



























Discussion about this post