SURABAYA, RADIANTVOICE.ID – Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, menilai pelaksanaan Konferensi Daerah (Konferda) dan Konferensi Cabang (Konfercab) PDI Perjuangan yang digelar serentak di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur merupakan pesan politik yang kuat tentang soliditas dan disiplin organisasi partai.
Menurut Surokim, konsolidasi serentak tersebut menegaskan bahwa PDI Perjuangan ingin memastikan seluruh struktur partai bergerak dalam satu ritme, satu frekuensi, dan satu garis ideologis yang sama, dari pusat hingga daerah.
“Konferda dan Konfercab serentak ini adalah pesan bahwa PDIP bukan partai yang berjalan sendiri-sendiri di daerah. Ini satu organisasi yang terhubung secara struktural dan ideologis, dengan disiplin dan ketertiban sebagai fondasi utama,” ujar Surokim, Rabu (17/12).
Ia menilai, penekanan pada disiplin organisasi dan soliditas tegak lurus menjadi sangat relevan di tengah dinamika politik nasional yang semakin cair, kompetitif, dan ditandai perubahan cepat dalam preferensi pemilih. Menurutnya, partai politik tanpa konsolidasi internal yang kuat berisiko kehilangan arah dan daya tahan politik.
Surokim juga memandang konsolidasi serentak ini sebagai bentuk kesiapsiagaan PDI Perjuangan menghadapi tantangan eksternal, mulai dari dinamika elektoral, perubahan perilaku pemilih yang semakin rasional, hingga penetrasi politik digital yang mengubah pola komunikasi partai dengan publik.
Terkait dinamika internal, ia mengakui bahwa konferensi serentak berpotensi memunculkan tarik-menarik kepentingan antarkader, khususnya dalam regenerasi dan pengisian posisi strategis di daerah. Namun, menurutnya, hal tersebut merupakan dinamika yang wajar dalam organisasi politik yang besar dan matang.
“Konflik kepentingan dalam perebutan jabatan adalah hal yang wajar. Yang menjadi pembeda adalah bagaimana konflik itu dikelola melalui mekanisme organisasi yang tertib dan diterima sebagai keputusan bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut, Surokim menekankan pentingnya struktur komando yang kuat serta budaya organisasi yang menjunjung kepatuhan terhadap keputusan kolektif. Ia menilai kesadaran kader untuk menempatkan kepentingan partai di atas kepentingan personal menjadi kunci menjaga stabilitas dan soliditas jangka panjang.
Ia juga menyoroti Konferensi Cabang sebagai ruang demokrasi internal yang substantif. Menurutnya, demokrasi internal tidak semata diukur dari kontestasi terbuka, melainkan dari keterbukaan proses, akuntabilitas keputusan, serta sikap legowo kader dalam menerima hasil.
“Demokrasi internal yang sehat terlihat dari kesediaan kader menghargai proses dan menerima keputusan organisasi. Itu jauh lebih bermakna daripada sekadar kontes jabatan,” ujarnya.
Dalam konteks Jawa Timur yang memiliki karakter politik majemuk, Surokim menilai PDI Perjuangan tetap memerlukan narasi ideologis yang kuat sebagai identitas partai. Namun, ia menegaskan bahwa penyampaian narasi tersebut harus kontekstual, empatik, dan membumi.
“Narasi ideologi harus disampaikan dengan bahasa yang dipahami publik dan diterjemahkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar normatif,” kata Surokim (RED).



























Discussion about this post