NGANJUK, RADIANTVOICE.ID – Pendiri Institut Sarinah, Eva Sundari, mendorong agar proses pengusulan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional dapat segera diselesaikan sebelum peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025 mendatang. Menurutnya, perjuangan Marsinah yang gugur saat membela hak-hak buruh pada 1993 sudah sepatutnya mendapatkan pengakuan negara.
Dorongan itu disampaikan Eva setelah kegiatan Seminar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional untuk Marsinah di Pendopo KRT Sosroekoesomo, Nganjuk, Senin (6/10/2025). Dalam kegiatan yang dihadiri pejabat pemerintah, akademisi, dan aktivis tersebut, Institut Sarinah Jakarta memaparkan Naskah Akademik pengusulan resmi kepada Pemerintah Kabupaten Nganjuk dan Dinas Sosial setempat.
“Kami berharap pengusulan ini dapat diproses dengan cepat sehingga Marsinah bisa diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada November 2025. Pengorbanannya adalah cermin keberanian perempuan pekerja Indonesia,” tegas Eva Sundari.
Eva menjelaskan bahwa Marsinah tidak hanya simbol perjuangan buruh perempuan, tetapi juga representasi keadilan sosial dan keberanian moral melawan penindasan. Pengakuan negara terhadap Marsinah, lanjutnya, akan menjadi penghormatan terhadap gerakan buruh perempuan yang selama ini jarang mendapatkan ruang dalam sejarah nasional.
“Negara perlu menunjukkan bahwa perjuangan perempuan dari akar rumput juga diakui sebagai bagian dari sejarah bangsa. Marsinah adalah contoh nyata bahwa perjuangan itu tidak selalu datang dari panggung besar, tapi dari ruang kerja yang sederhana,” ujarnya.
Seminar di Nganjuk tersebut dibuka oleh Kepala Dinsos Kabupaten Nganjuk, Haris Jatmiko, dan dihadiri Bupati Nganjuk, Dr. Marhaen Djumadi, yang menyebut kegiatan ini sebagai tahapan akhir sebelum dokumen pengusulan resmi diserahkan ke Gubernur Jawa Timur dan diteruskan ke Kementerian Sosial RI.
Selain itu, Sugesti dari Rampak Sarinah Surabaya turut memaparkan isi naskah akademik yang menyoroti pentingnya pengakuan terhadap sosok perempuan kelas pekerja yang berjuang tanpa pamrih.
“Marsinah bukan hanya buruh, tapi simbol perjuangan rakyat kecil yang berani menegakkan keadilan,” kata Sugesti.
Acara tersebut juga menghadirkan narasumber seperti Anang Suhartoyo, S.H., Supriyadi, S.H., dan Radik Rasadiguna, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos RI, serta dihadiri lebih dari 175 peserta.
Dalam penutupan, Eva Sundari menegaskan bahwa Institut Sarinah siap mendukung penuh kelanjutan proses pengusulan, termasuk dengan penulisan buku tentang perjuangan Sarinah dan Marsinah, sebagaimana diusulkan oleh Bupati Nganjuk.
“Kisah Marsinah harus terus dihidupkan. Ia adalah simbol keteguhan dan keberanian perempuan Indonesia yang memperjuangkan martabat kemanusiaan,” pungkas Eva (RED).
Discussion about this post