DENPASAR, RADIANTVOICE.ID – Anggota Komisi VIII DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana, mendesak pemerintah daerah di Bali untuk memperbanyak pembentukan Sekolah Widyalaya sebagai langkah strategis meningkatkan serapan lulusan perguruan tinggi agama Hindu.
Hal itu disampaikan Kariyasa dalam sesi reses Komisi VIII DPR di Denpasar, Jumat (3/10). Menurutnya, jumlah sekolah formal bernuansa Hindu di Bali masih sangat minim, padahal provinsi ini berpenduduk mayoritas Hindu. Kondisi itu menyebabkan banyak lulusan kampus agama Hindu kesulitan memperoleh pekerjaan sesuai bidangnya.
“Sekolah Widyalaya setara dengan madrasah. Jadi harusnya lebih banyak berdiri di Bali. Ini penting agar lulusan perguruan tinggi agama Hindu bisa terserap, terutama untuk jadi tenaga pengajar,” tegas Kariyasa.
Ia mengusulkan agar pemerintah daerah membangun sekolah baru maupun mengonversi sekolah swasta menjadi Sekolah Widyalaya negeri. Langkah ini dinilai bisa menambah peluang kerja guru agama Hindu sekaligus memberi stabilitas finansial bagi sekolah.
“Swasta kan kembang-kempis juga untuk pembiayaan, maka dari itu kalau kita dorong bisa dinegerikan beberapa sekolah yang ada,” ujarnya.
Kariyasa menilai, idealnya setiap desa atau kecamatan memiliki Sekolah Widyalaya, mulai dari TK hingga SMP, agar serapan tenaga pendidik berbasis Hindu lebih optimal.
Dorong Transformasi Perguruan Tinggi Agama
Selain sekolah dasar dan menengah, ia juga menyoroti pentingnya peningkatan status perguruan tinggi agama Hindu. Salah satunya mengubah STAHN Mpu Kuturan menjadi universitas agar lebih leluasa melahirkan lulusan berkualitas.
“Kalau sekolah agama hanya institut itu seperti kolam. Harusnya universitas itu jadi samudera,” kata Kariyasa.
Pemerintah daerah juga telah menyiapkan hibah lahan di Gerokgak, Buleleng, untuk mendukung ekspansi pendidikan agama Hindu.
Kariyasa menegaskan, penguatan Sekolah Widyalaya dan kampus agama Hindu saling berkaitan erat dalam menjaga keberlangsungan profesi guru berbasis agama. Tanpa langkah ini, lulusan pendidikan agama Hindu akan terus menghadapi kesulitan pekerjaan meski telah menempuh pendidikan panjang dan berbiaya besar (RED).
Discussion about this post