TEHERAN, RADIANTVOICE.ID – Ketua Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Besar Abdolrahim Mousavi, menyatakan bahwa Iran telah berhasil memaksakan kehendaknya kepada Amerika Serikat dan Israel, sekaligus memberikan peringatan bahwa kedua negara kini berada dalam pengawasan penuh oleh kekuatan militer dan intelijen Republik Islam.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada Kamis (26/6), Mousavi menyebut bahwa agresi militer yang dimulai oleh rezim Israel dengan dukungan langsung dari Amerika Serikat mendapat balasan menyakitkan dari Iran.
“Meski ada sensor media besar-besaran oleh rezim Israel, bukti-bukti yang tersedia menunjukkan bahwa fasilitas strategis militer dan penelitian utama mereka kini tinggal abu,” ujar Mousavi sebagaimana dilansir dari Iran Daily.
Mousavi menegaskan bahwa Iran bukan negara pemicu konflik. “Seperti yang telah berulang kali ditegaskan para pejabat kami, Iran tidak pernah memulai perang. Tapi bila kami diserang, kami yang akan mengakhirinya,” ucapnya.
Ia mengungkapkan bahwa dalam perang terbaru yang dipicu oleh agresi Israel dan intervensi langsung AS, negara-negara Barat – khususnya NATO – ikut membantu dengan logistik, intelijen, dan operasi.
Namun demikian, Iran berhasil menghentikan mesin perang musuh dengan kekuatan militer yang dibangun dari dalam negeri.
Lebih lanjut, Mousavi mengungkap bahwa sistem pertahanan udara berlapis milik Israel yang selama ini disebut “tidak tertembus”, gagal menghadapi kekuatan misil dan drone buatan Iran sendiri.
“Bahkan warga di wilayah pendudukan tidak lagi menemukan tempat aman, bahkan di dalam bunker,” katanya.
Mousavi juga menyinggung serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran yang diklaim telah dihancurkan. Namun sebagai balasan, Iran menghantam pangkalan militer AS di Al-Udeid, Qatar, salah satu yang terbesar di kawasan.
“Balasan itu menunjukkan bahwa tak ada upaya pun yang bisa menggoyahkan tekad baja Angkatan Bersenjata Iran. Dan melalui sejumlah negara di kawasan, AS akhirnya mulai memohon gencatan dan tunduk pada kehendak Republik Islam,” ujar Mousavi.
Di akhir pernyataannya, Jenderal Mousavi mengeluarkan peringatan keras: Iran terus mengawasi musuh-musuhnya dari dekat, dan jika kesalahan strategis serupa diulangi, maka mereka akan “dibuang ke lubang hitam sejarah.”
Konflik ini bermula pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan mendadak ke wilayah Iran, menewaskan sejumlah pejabat militer dan ilmuwan sains, serta warga sipil. Iran merespons dengan serangan rudal besar-besaran ke target-target strategis di wilayah pendudukan Israel.
Menyusul balasan Iran, Amerika Serikat turun tangan dengan menyerang fasilitas nuklir Iran. Namun, langkah tersebut dikecam banyak negara dan dinilai sebagai pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB.
Dalam perkembangan berikutnya, Iran menyerang balik pangkalan militer AS di Qatar dan memaksa AS untuk membuka jalur komunikasi menuju gencatan senjata (RED).































Discussion about this post