JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Di balik hangatnya penyambutan Presiden Prabowo Subianto terhadap Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim, tersirat lebih dari sekadar diplomasi bilateral biasa. Keduanya, yang dikenal menjalin persahabatan lebih dari 45 tahun, memperlihatkan bagaimana personal chemistry dapat menjadi pengungkit strategis dalam membangun arah baru hubungan antarnegara, bahkan kawasan.
Pertemuan resmi yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta pada Jumat (27/6/2025), membahas intens berbagai persoalan bilateral hingga dinamika kawasan dan global. Namun yang mencolok bukan hanya what (apa yang dibicarakan), tapi how (bagaimana pendekatannya). Dengan keakraban personal yang langka di antara kepala negara, Prabowo dan Anwar menyatukan visi regionalisme Asia Tenggara berbasis persaudaraan, solidaritas, dan kemakmuran bersama.
“Kita sepakat mempercepat kerja sama di semua bidang, terutama ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan,” kata Prabowo saat menyampaikan pernyataan pers bersama.
Di tengah meningkatnya ketegangan global, khususnya konflik Timur Tengah dan dinamika Indo-Pasifik, Indonesia dan Malaysia memperlihatkan pendekatan diplomasi yang solutif. Mereka menyambut baik gencatan senjata antara Iran dan Israel, serta mendorong penyelesaian damai di Palestina dengan solusi dua negara (two-state solution) sebagai pilar utama.
Kedua pemimpin menegaskan pentingnya solidaritas kawasan ASEAN dalam membangun ketahanan regional berbasis prinsip-prinsip kedaulatan dan keadilan global.
“Kita menyambut baik adanya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Kita berharap ini bisa langgeng,” ujar Prabowo.
“Lebih penting lagi adalah tekad bersama menciptakan perdamaian, termasuk menjamin hak rakyat Gaza dan Palestina,” tambah PM Anwar.
Selain persoalan politik global, agenda utama kunjungan ini adalah rejuvenasi kerja sama ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan, sebagai landasan membentuk keterhubungan jangka panjang antara dua bangsa. Baik Indonesia maupun Malaysia memiliki kepentingan saling melengkapi—Indonesia sebagai pasar besar dengan sumber daya alam, Malaysia dengan stabilitas industri dan keuangan.
Khusus dalam bidang pendidikan, keduanya sepakat membangun lebih banyak exchange program, pengakuan ijazah lintas negara, dan penguatan riset bersama di universitas-universitas unggulan.
Persahabatan Pribadi Sebagai Soft Power Diplomasi
Tak dapat diabaikan, hubungan personal Prabowo–Anwar menjadi katalisator diplomasi yang tidak bersifat transaksional, melainkan emosional dan penuh muatan historis. Mereka bukan hanya berbicara sebagai pemimpin negara, tapi juga sebagai dua sahabat yang memahami nuansa psikologis bangsa masing-masing.
“Pak Anwar bukan hanya sahabat saya, tapi sahabat seluruh rakyat Indonesia,” ujar Prabowo, yang disambut senyum hangat PM Malaysia itu.
Pertemuan ini menunjukkan bahwa persahabatan bisa menjadi strategi geopolitik, bukan sekadar hubungan personal. Di tengah fragmentasi kawasan dan dominasi kekuatan besar, Indonesia dan Malaysia memelopori model regionalisme baru—berbasis dialog, kepercayaan, dan kepentingan bersama.
Dengan kepemimpinan Prabowo dan Anwar, ASEAN tampaknya tengah diarahkan menuju babak baru: lebih strategis, lebih berdaya, dan lebih berpengaruh di panggung global (RED).
			








		    





















                
Discussion about this post