NEW YORK, RADIANTVOICE.ID – Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memantik kontroversi dengan pernyataannya yang keras terhadap Zohran Mamdani, politisi Muslim keturunan India yang memenangkan pemilihan pendahuluan (primary) Partai Demokrat untuk Wali Kota New York.
Dalam unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menyebut Mamdani sebagai “komunis gila”, “radikal sayap kiri”, hingga merendahkan penampilan dan kecerdasan Mamdani.
“Kita sudah pernah punya politisi sayap kiri radikal sebelumnya, tapi yang satu ini sudah kelewatan… dia tidak terlalu pintar,” tulis Trump, Rabu (25/6).
Zohran Mamdani, 33 tahun, adalah anggota Majelis Negara Bagian New York yang mewakili distrik Astoria, Queens sejak 2021. Ia dikenal sebagai sosok progresif dengan program kebijakan kota yang berani dan fokus pada redistribusi ekonomi, seperti:
-
Transportasi bus gratis
-
Pembekuan kenaikan sewa apartemen
-
Toko kebutuhan pokok milik pemerintah
-
Pajak tinggi untuk kalangan ultra-kaya dan korporasi besar
Namun bukan hanya program ekonomi yang membuatnya menjadi sorotan. Sikap politik luar negerinya—khususnya terhadap Israel—mengangkat Mamdani sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi lobi pro-Israel dalam politik AS.
Selama kampanye, Mamdani secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap perjuangan Palestina. Ia bahkan pernah mengatakan akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika yang bersangkutan berkunjung ke New York, mengacu pada surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Mamdani juga merupakan pendukung gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi), yang menyerukan boikot terhadap produk dan institusi yang terafiliasi dengan rezim pendudukan Israel.
Dengan 93 persen suara dihitung, Mamdani meraih 43,5% suara, mengalahkan mantan Gubernur New York Andrew Cuomo yang hanya mengantongi 36,4%. Kemenangan ini menunjukkan kuatnya dukungan publik terhadap figur progresif yang mengusung keadilan sosial dan keberpihakan internasional yang lebih kritis.
Trump Gerah, Politik AS Makin Terbelah
Reaksi keras Trump tidak lepas dari posisi Mamdani sebagai simbol gerakan baru yang menantang status quo politik luar negeri Amerika, terutama soal Timur Tengah. Bagi banyak pemilih muda, Mamdani adalah suara yang merepresentasikan keadilan global dan anti-hegemoni.
Namun, bagi Trump dan pendukung konservatif, ia adalah ancaman terhadap sekutu tradisional AS, terutama Israel.
Pemilihan Wali Kota New York yang dijadwalkan pada 5 November 2025 mendatang tampaknya akan menjadi ajang pertarungan ideologi, bukan hanya soal pengelolaan kota, tetapi juga posisi Amerika di panggung dunia.
Jika Mamdani menang, New York bukan hanya akan mencetak sejarah dengan wali kota Muslim keturunan India pertama, tetapi juga memperlihatkan pergeseran geopolitik dari pusat kota paling berpengaruh di dunia (RED).
Discussion about this post