WASHINGTON, RADIANTVOICE.ID – Serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran tidak berhasil melumpuhkan kemampuan nuklir negara tersebut dan hanya menundanya selama satu hingga dua bulan. Hal ini terungkap dalam laporan awal intelijen AS yang bocor ke media, bertolak belakang dengan klaim Presiden Donald Trump yang menyebut program nuklir Iran telah “dihancurkan total.”
Gempuran militer AS – yang dimulai akhir pekan lalu dengan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon – merupakan puncak keterlibatan langsung Washington dalam perang udara antara Iran dan Israel yang meletus pada 13 Juni. Namun, menurut laporan dari Defense Intelligence Agency (DIA), serangan itu hanya menutup akses ke dua fasilitas dan gagal menghancurkan infrastruktur bawah tanah tempat program nuklir utama Iran berada.
Beberapa sentrifugal dilaporkan masih utuh, dan cadangan uranium Iran belum dieliminasi. Artinya, kemampuan nuklir Teheran hanya mengalami gangguan sementara, tidak seperti yang diklaim Gedung Putih.
Trump Menegur Israel, Gencatan Senjata Dicapai
Gencatan senjata antara Iran dan Israel diumumkan oleh Trump pada Selasa pagi pukul 05.00 GMT. Meski sempat dilanggar, kedua negara akhirnya mulai mencabut pembatasan sipil dan membuka kembali wilayah udaranya, termasuk Bandara Ben Gurion di Tel Aviv.
Trump mengklaim telah menengahi langsung kesepakatan damai dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, serta melakukan komunikasi tidak langsung dengan otoritas Iran. Namun, Presiden AS itu juga melontarkan kritik tajam kepada Israel, menyebut sekutu lamanya tersebut “meledakkan segalanya” tak lama setelah kesepakatan tercapai.
Netanyahu membalas bahwa serangan terhadap Iran telah menghapus dua ancaman eksistensial bagi Israel: potensi kehancuran nuklir dan serangan 20.000 rudal balistik. Sebaliknya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyebut gencatan senjata sebagai “kemenangan besar” dan menyatakan kesiapan membuka dialog dengan AS.
Konflik selama 12 hari ini menewaskan 610 orang di Iran dan melukai hampir 5.000 lainnya. Di pihak Israel, 28 orang tewas akibat serangan balasan Iran – menjadi kali pertama pertahanan udara Israel ditembus secara signifikan.
Militer Israel menyatakan fokus akan kembali diarahkan ke operasi melawan Hamas di Gaza. Sementara komando militer Iran memperingatkan bahwa Israel dan AS sebaiknya belajar dari “pukulan telak” yang diberikan selama konflik.
Gencatan senjata saat ini dinilai rentan karena minimnya kepercayaan antara kedua negara. Meski demikian, keberhasilan Trump dalam menengahi kesepakatan memperlihatkan bahwa AS masih memegang pengaruh penting di kawasan yang mudah bergolak ini (RED).
Discussion about this post