TEHERAN, RADIANTVOICE.ID – Iran kembali melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi militer Israel di wilayah pendudukan pada awal pekan kedua agresi rezim Zionis terhadap Republik Islam tersebut. Serangan ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat secara terbuka menyerang fasilitas nuklir utama Iran, menandai eskalasi serius dalam konflik regional.
Menurut pernyataan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), militer Iran menembakkan rudal dan drone ke berbagai sasaran di utara, selatan, dan tengah wilayah pendudukan dalam gelombang ke-21 operasi bertajuk True Promise 3. IRGC juga menyebut penggunaan rudal multi-hulu ledak Kheirbar dalam serangan ini.
“Serangan terhadap Israel akan terus berlanjut hingga seluruh tujuan strategis tercapai,” tegas IRGC sebagaimana dilansir dari Iran Daily, Selasa (24/06).
Militer Iran juga melakukan serangan drone di dini hari Senin (23/6), dan berhasil menjatuhkan drone intai Hermes milik Israel di Provinsi Markazi. Serangan tersebut dilaporkan telah menyebabkan gangguan pasokan listrik di sejumlah komunitas di Israel selatan, sebagaimana dikonfirmasi oleh perusahaan listrik nasional Israel.
Respons atas Agresi Israel-AS
Serangan balasan Iran merupakan respons langsung terhadap agresi tak beralasan Israel yang telah menewaskan lebih dari 400 warga Iran dan melukai lebih dari 3.000 lainnya. Gubernur Provinsi Teheran, Mohammad Sadegh Motamedian, menyebut bahwa lebih dari 200 titik di ibu kota Iran telah menjadi target serangan Israel sejak 13 Juni lalu.
Pada hari yang sama, Israel kembali menggempur beberapa wilayah di Iran, termasuk penjara Evin di Teheran. Lembaga peradilan Iran mengonfirmasi bahwa sebagian fasilitas penjara mengalami kerusakan akibat serangan tersebut. Palang Merah Iran juga melaporkan bahwa serangan udara menghantam area dekat kantor mereka di Teheran utara.
Situasi memanas setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu mengklaim bahwa fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan “telah dihancurkan total.” Serangan ini dilakukan dengan melibatkan kapal selam dan pembom siluman B-2.
Sebagai respons, juru bicara Angkatan Bersenjata Iran, Ebrahim Zolfaghari, mengeluarkan peringatan keras kepada AS.
“Tindakan bermusuhan ini akan memperluas cakupan target sah militer Republik Islam Iran dan membuka jalan bagi meluasnya perang di kawasan,” tegas Zolfaghari dalam siaran televisi nasional.
“Para pejuang Islam akan memberikan konsekuensi serius dan tak terduga kepada Anda melalui operasi militer yang terarah dan kuat,” lanjutnya.
Reaksi Internasional
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyebut situasi saat ini sebagai “momen yang penuh bahaya,” dan menyerukan agar Iran tidak menyerang pangkalan militer AS di wilayah Timur Tengah. Ia juga memperingatkan bahwa jika Iran memblokir Selat Hormuz, hal tersebut akan menjadi kesalahan yang “katastrofik.”
Sementara itu, Penasihat Presiden Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, mengecam pernyataan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang meminta negara-negara Teluk Arab mendanai perang Israel terhadap Iran. Gargash menilai pernyataan tersebut ekstrem dan tidak mencerminkan keinginan stabilitas kawasan.
Dengan eskalasi yang terus meningkat, kawasan Timur Tengah kini berada di ambang konflik yang semakin luas, dan dunia internasional tengah mengamati langkah lanjutan dari Teheran, Tel Aviv, dan Washington (RED).
Discussion about this post