TEHERAN, RADIANTVOICE.ID – Terletak jauh di dalam perut gunung di Iran, fasilitas pengayaan uranium Fordow menjadi salah satu pusat perhatian dalam konflik memanas antara Israel dan Republik Islam Iran. Disebut-sebut sebagai “gunung nuklir”, Fordow menyimpan ratusan sentrifugal pengayaan uranium, dan menjadi simbol ambisi nuklir Iran yang dikhawatirkan Israel bakal mengarah ke senjata pemusnah massal.
Fasilitas ini disebut-sebut sebagai salah satu tempat paling sulit dihancurkan di dunia. Dilapisi puluhan meter tanah dan batu, Fordow tersembunyi dari pengawasan mata-mata dan rudal asing. Namun, seiring makin terbukanya jalur udara Teheran oleh jet tempur Israel, Fordow kini memasuki daftar target yang mungkin diserang.
Apa itu Fordow?
Fordow merupakan salah satu dari tiga fasilitas nuklir utama Iran, bersama dengan Natanz dan pusat penelitian di Isfahan. Diperkirakan dibangun sejak 2006 dan mulai beroperasi pada 2009, Fordow berada sekitar 80 meter di bawah permukaan gunung.
Berdasarkan laporan pada tahun 2020, terdapat sekitar 1.057 sentrifugal di Fordow. Pada 2023, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menemukan partikel uranium yang diperkaya hingga 83,7% di sana — mendekati ambang 90% yang dibutuhkan untuk senjata nuklir.
Tahun 2024, Washington Post melaporkan ekspansi besar-besaran di Fordow, dengan hampir 1.400 sentrifugal tambahan yang direncanakan dipasang.
Apakah Israel Akan Menyerang Fordow?
Israel secara terbuka menyebut program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial. Meski sejumlah fasilitas telah diserang sebelumnya, Fordow dianggap sebagai “bagian besar yang tersisa” yang masih aktif mengolah uranium.
Dr. Alexander Bollfrass dari IISS mengatakan bahwa Fordow telah menjadi topik utama karena tingkat perlindungannya yang sangat tinggi. Serangan udara mungkin bukan satu-satunya opsi, namun diplomasi juga bisa mengakhiri konflik sebelum IDF (militer Israel) bergerak ke sana.
Apakah Bom Penembus Bunker Bisa Digunakan?
Banyak pihak membahas kemungkinan penggunaan bom penembus bunker seperti GBU-57 milik AS. Bom jenis ini dirancang untuk meledak dua kali: sekali di permukaan dan sekali lagi di kedalaman.
Namun, Fordow jauh lebih dalam dari target-target sebelumnya. Serangan ke Fordow akan membutuhkan ratusan jet yang berkumpul dalam waktu lama, sesuatu yang sangat berisiko dan belum tentu berhasil.
“Saya rasa, bahkan GBU-57 pun membutuhkan beberapa kali serangan,” kata Martin “Sammy” Sampson, mantan marsekal udara dan pengamat di IISS sebagaimana dilansir dari Sky News, Jum’at (20/06).
“Dan jika serangan gagal, itu bisa menjadi bencana militer,”imbuhnya.
Opsi Israel Selain Serangan Udara
Mantan kepala intelijen Mossad, Zohar Palti, mengisyaratkan bahwa Israel memiliki opsi lain.
“Kita tahu bagaimana bekerja sendiri. Jika perlu, kita akan lakukan,” ujarnya dikutip dari Sky News.
Duta Besar Israel untuk AS, Yechiel Leiter, menambahkan bahwa negaranya memiliki sejumlah “kontinjensi” untuk menghadapi Fordow, tidak semuanya bergantung pada serangan udara.
Ada pula spekulasi tentang serangan darat oleh pasukan khusus. Namun, opsi ini juga sangat berisiko tinggi.
Sebagian analis menyebutkan bahwa seperti di fasilitas Natanz, Israel bisa saja mengganggu pasokan listrik Fordow sehingga menghentikan operasi sentrifugal tanpa perlu menghancurkan fisiknya.
Iran terus membantah tudingan bahwa mereka ingin mengembangkan senjata nuklir. Kepala IAEA menyebut belum ada bukti sistematis yang mengarah ke program senjata. Namun, keterlibatan militer dan peningkatan pengayaan uranium memicu kekhawatiran internasional.
Kini, Fordow tidak lagi sekadar fasilitas teknik – ia adalah simbol tarik-menarik kekuasaan di Timur Tengah. Bagi Israel, ini tentang eksistensi. Bagi Iran, ini tentang kedaulatan. Dan bagi dunia, Fordow adalah titik panas yang bisa memicu ledakan geopolitik global (RED).
Discussion about this post