JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Operasi rahasia dan perang bayangan di Timur Tengah tidak hanya dimainkan di medan tempur, tetapi juga dalam kecanggihan intelijen dan tipu daya. Dalam sebuah wawancara eksklusif yang disiarkan CBS News, dua mantan agen senior Mossad mengungkap operasi terselubung yang disebut sebagai “pager plot”—sebuah operasi intelijen yang memanfaatkan teknologi komunikasi sebagai senjata mematikan. Radiant Voice menyajikan terjemahan lengkap wawancara tersebut yang dilakukan pada 22 Desember 2024 untuk membuka mata publik tentang kompleksitas konflik Israel-Hezbollah, Israel-Iran serta dampaknya terhadap geopolitik regional.
Pada 17 September, setelah Israel dan Hezbollah terlibat dalam perang yang terus meningkat selama hampir setahun, badan intelijen Israel, Mossad, meluncurkan salah satu aksi tipu daya paling berani dan canggih dalam sejarah kontraintelijen: rencana pager—sebuah versi modern dari kuda Troya.
Mossad menciptakan bom dalam ukuran sekecil saku—dan berhasil menipu para pejuang Hezbollah agar secara tak sadar mengenakan perangkat ini di tubuh mereka.
Dampak dari operasi ini sangat besar. Di antaranya adalah mempercepat keruntuhan rezim Assad di Suriah, melemahkan Iran, dan menghancurkan target utama mereka: Hezbollah.
Seperti yang pertama kali kami laporkan pada Desember lalu, kurang dari empat bulan setelah operasi tersebut, kami berbicara dengan dua agen senior Mossad yang baru saja pensiun, dan terlibat langsung dalam operasi itu. Untuk menjaga identitas mereka, kami menyetujui agar mereka mengenakan topeng dan suara mereka dimodifikasi. Kami mulai dengan Michael, nama samaran.
Lesley Stahl: Anda adalah seorang case officer. Apa sebenarnya tugas seorang case officer?
Michael: Case officer adalah pemimpin operasi. Ia adalah komandan dari seluruh operasi.
Operasi ini sebenarnya dimulai sepuluh tahun lalu. Bukan dengan pager, tetapi dengan menjadikan walkie-talkie sebagai senjata.
Michael: Sebuah walkie-talkie adalah senjata, sama seperti peluru, rudal, atau mortir.
Lesley Stahl: Jadi, bom walkie-talkie?
Michael: Betul. Bom walkie-talkie. Di dalam baterainya terdapat perangkat peledak.
Lesley Stahl: Dan itu inovasinya? Memasukkan bahan peledak yang tak bisa terdeteksi ke dalam baterai?
Michael: Benar. Buatan Israel.
Lesley Stahl: Buatan Mossad?
Michael: Ya.
Lesley Stahl: Dari yang saya pahami, walkie-talkie ini kemudian dimasukkan ke dalam rompi taktis yang biasa dikenakan prajurit, lalu dimasukkan ke saku?
Michael: Betul.
Lesley Stahl: Dekat dengan jantung?
Michael: Ya.
Lesley Stahl: Jadi Israel menjual perangkat ini ke Hezbollah. Hezbollah membayar senjata yang justru akan digunakan untuk melawan mereka sendiri?
Michael: Mereka mendapat harga yang bagus.
Harga “bagus” itu tidak boleh terlalu murah, agar tidak menimbulkan kecurigaan. Pada akhirnya, Hezbollah membeli lebih dari 16.000 walkie-talkie meledak ini—yang baru diaktifkan Israel sepuluh tahun kemudian, dalam operasi bulan September tersebut.
Lesley Stahl: Bagaimana Anda meyakinkan Hezbollah untuk membeli ini?
Michael: Tentu saja mereka tidak tahu bahwa mereka membelinya dari Israel.
Lesley Stahl: Lalu dari siapa mereka membelinya? Atau mengira membelinya dari siapa?
Michael: Kami memiliki berbagai kemungkinan luar biasa untuk menciptakan perusahaan asing yang tidak bisa dilacak kembali ke Israel. Perusahaan cangkang di atas perusahaan cangkang lain, untuk memengaruhi rantai pasokan demi keuntungan kami. Kami menciptakan dunia pura-pura. Kami adalah perusahaan produksi global. Kami menulis naskahnya, kami yang menyutradarai, kami yang memproduksi, kami pula yang menjadi pemeran utama — dan dunia adalah panggung kami.
Ini adalah kantor lama Mossad. Mottanya, dari Amsal 24:6, berbunyi kira-kira: “Berperanglah dengan tipu daya dan muslihat”—mirip dengan semboyan CIA, “smoke and mirrors” (asap dan cermin) — dan itulah esensi dari operasi ini, dimulai dari walkie-talkie tadi. Tapi walkie-talkie hanya digunakan dalam medan perang. Maka Mossad mulai mengembangkan perangkat baru yang selalu dibawa oleh pejuang Hezbollah di saku mereka: pager.
Gabriel: Pager memang hampir usang di seluruh dunia, tapi Hezbollah masih menggunakannya.
Ini adalah Gabriel—bukan nama atau suara aslinya. Pada tahun 2022, dia dan timnya mulai mengembangkan fase kedua dari operasi ini: pager yang dipasangi bom jebakan. Mereka menemukan bahwa Hezbollah membeli pager dari sebuah perusahaan di Taiwan bernama Gold Apollo.
Lesley Stahl: Ini pager yang digunakan Hezbollah — tampilannya ramping, mengilap, dan jelas muat di dalam saku. Jadi, apa yang kalian ubah untuk menjadikannya bom?
Gabriel: Untuk menjadikannya bom, kami harus sedikit memperbesar ukurannya.
Hal itu perlu untuk memasukkan bahan peledak di dalamnya. Tapi tidak terlalu besar. Mossad kemudian melakukan serangkaian uji coba menggunakan boneka, dengan pager dimasukkan ke dalam sarung tangan berlapis, guna mengkalibrasi jumlah gram bahan peledak yang cukup untuk melukai pejuang Hezbollah—namun tidak membahayakan orang di sekitarnya.
Gabriel: Jika kami menekan tombol, satu-satunya yang akan terluka hanyalah teroris itu sendiri. Bahkan jika istrinya atau anak perempuannya berada di sebelahnya, hanya dia yang akan terkena dampaknya.
Lesley Stahl: Apakah kalian mengujinya?
Gabriel: Ya. Kami menguji semuanya berkali-kali—tiga kali lipat, dua kali lipat, dan seterusnya—untuk memastikan kerusakan minimal.
Lesley Stahl: Apakah pager ini bisa digunakan sebagai alat pelacak? Apakah memiliki kemampuan intelijen?
Gabriel: Oh, tidak. Ini adalah perangkat yang sangat bodoh secara fungsional. Justru itu sebabnya mereka menggunakannya. Hampir tidak mungkin menyadapnya. Perangkat ini hanya bisa menerima pesan—dan membawa beberapa gram bahan peledak.
Mossad juga menguji nada dering yang digunakan, untuk menemukan suara yang cukup mendesak agar pengguna segera mengeluarkannya dari saku. Mereka juga mengukur waktu yang dibutuhkan seseorang untuk merespons pager: rata-rata tujuh detik. Namun, tantangan terbesarnya adalah: bagaimana meyakinkan Hezbollah untuk beralih ke pager yang lebih besar dan lebih berat ini?
Gabriel: Saya masih ingat hari ketika saya membawa perangkat itu ke direktur kami, meletakkannya di meja. Dia marah besar, berkata, “Tidak mungkin ada yang mau membeli perangkat sebesar ini. Tidak nyaman di saku mereka. Berat.”
Lesley Stahl: Sangat berat.
Gabriel: “Sangat berat. Ini tidak bagus. Kembalilah dan buat yang lain.” Butuh dua minggu untuk meyakinkannya bahwa meskipun jelek, perangkat ini punya karakter.
Karakter di sini maksudnya fitur tambahan—yang kemudian dipromosikan melalui iklan palsu di YouTube. Tahan banting. Tahan debu. Tahan air. Baterai tahan lama.
Gabriel: Kami membuat film iklan dan brosur, lalu kami unggah ke internet. Dan—produk itu menjadi—produk terbaik di dunia dalam kategori beeper (pager).
Lesley Stahl: Apakah ada orang selain Hezbollah yang tertarik membeli karena apa yang mereka lihat secara online?
Gabriel: Ya. Kami menerima beberapa permintaan dari calon pelanggan biasa. Tapi tentu saja kami tidak mengirimkannya ke siapa pun. Kami hanya memberikan penawaran harga yang sangat mahal.
Mossad ingin menggunakan nama “Gold Apollo” pada pager mereka. Maka mereka mendirikan sejumlah perusahaan cangkang, termasuk satu di gedung ini di Hungaria, untuk menipu pihak Taiwan agar mau bekerja sama.
Lesley Stahl: Jadi, perusahaan Taiwan, Gold Apollo, apakah mereka tahu bahwa mereka bekerja dengan orang-orang dari Mossad?
Gabriel: Gold Apollo sama sekali tidak tahu bahwa mereka bekerja dengan Mossad.
Begitu pula Hezbollah.
Gabriel: Ketika mereka membeli dari kami, mereka sama sekali tidak tahu bahwa mereka sedang membeli dari Mossad. Kami menciptakan semacam “Truman Show”—segala hal dikendalikan oleh kami dari balik layar. Dalam pengalaman mereka, semuanya terlihat normal. Semua tampak 100% kosher—termasuk pebisnis, tim pemasaran, insinyur, ruang pamer—semuanya.
Untuk semakin memperkuat tipuan, Mossad bahkan mempekerjakan saleswoman dari Gold Apollo yang sebelumnya biasa berurusan dengan Hezbollah. Wanita ini menawarkan batch pertama pager sebagai “peningkatan versi” secara gratis.
Pada bulan September 2024, Hezbollah telah memiliki 5.000 pager dalam saku mereka.
Pertanyaannya bagi Israel adalah: kapan bom tidur ini akan diaktifkan? Ada tanda-tanda bahwa Hezbollah mulai curiga terhadap perangkat-perangkat ini.
Maka Kepala Mossad, Dadi Barnea, memberikan izin pelaksanaan—dan serangan pun dimulai, mengguncang dunia karena terasa seperti adegan film mata-mata, bukan kenyataan. Pada 17 September, pukul 15:30, pager mulai berbunyi di seluruh Lebanon.
Lesley Stahl: Dari yang saya dengar, orang-orang yang memiliki pager ini menerima pesan yang berbunyi, “Anda memiliki pesan terenkripsi.” Untuk membukanya, mereka harus menekan dua tombol. Artinya: perangkat itu akan meledak di tangan mereka.
Gabriel: Memang itu tujuannya.
Lesley Stahl: Jadi kalau seseorang tidak menekan dua tombol itu, apa yang akan terjadi?
Gabriel: Efeknya tetap sama. Perangkat akan meledak juga.
Lesley Stahl: Ledakannya dipicu dari Israel?
Gabriel: Ya.
Yang terjadi setelah itu adalah kekacauan total! Orang-orang yang membawa pager meledak di jalanan, di atas sepeda motor, rumah sakit penuh dengan korban—anggota tubuh hancur, jari terlepas, berdarah-darah, buta, perut berlubang. Sebagian besar, menurut mereka, ledakan bekerja sesuai rencana. Perhatikan pria di sebelah kiri—orang-orang yang berada tepat di sampingnya tidak terluka sama sekali.
Keesokan harinya, Mossad akhirnya mengaktifkan walkie-talkie yang telah tidur selama 10 tahun—beberapa meledak saat pemakaman korban yang tewas akibat pager. Secara keseluruhan, sekitar 30 orang meninggal dunia, termasuk dua anak-anak, dan sekitar 3.000 orang terluka.
Gabriel: Tujuan kami bukan sekadar membunuh teroris Hezbollah. Kalau dia mati, ya sudah, selesai. Tapi kalau dia terluka, maka dia harus dibawa ke rumah sakit, dirawat. Itu butuh uang dan tenaga. Dan orang-orang tanpa tangan dan mata itu menjadi bukti hidup, berjalan di Lebanon, bahwa: “Jangan main-main dengan kami.” Mereka adalah bukti hidup keunggulan kami di seluruh Timur Tengah.
Dua hari setelah serangan pager, pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, yang dikenal dengan pidatonya yang berapi-api, justru memberikan pidato yang datar dan lesu.
Gabriel: Kalau Anda lihat matanya, dia sudah kalah. Dia sudah kehilangan perang. Dan para tentaranya menatapnya saat pidato itu. Mereka melihat seorang pemimpin yang hancur. Dan itu adalah titik balik dalam perang. Saya tidak tahu apakah Anda tahu, saat kami mengaktifkan operasi pager, di bunker tempat Nasrallah berada, beberapa orang di dekatnya juga membawa pager dan menerima pesan itu. Dan dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat mereka roboh di hadapannya.
Lesley Stahl: Bagaimana Anda tahu itu?
Gabriel: Itu rumor yang sangat kuat.
Dalam hari-hari berikutnya, angkatan udara Israel menggempur target-target di seluruh Lebanon, menewaskan lebih dari seribu orang—banyak di antaranya warga sipil. Pada 27 September, Israel menjatuhkan bom besar ke bunker Nasrallah, membunuhnya.
Dua bulan kemudian, setelah lebih banyak serangan udara Israel dan makin banyak korban sipil, perang antara Israel dan Hezbollah berakhir dengan gencatan senjata.
Lesley Stahl: Apakah kalian berhasil menghancurkan Hezbollah sepenuhnya?
Gabriel: Saya rasa itu pertanyaan besar. Dan jawaban yang jujur adalah: tidak. Tapi setelah titik balik operasi pager dan walkie-talkie itu, lalu serangan IDF (militer Israel), Hezbollah berada dalam situasi yang sangat, sangat sulit—tidak ada rantai komando, tidak ada semangat juang di antara para tentaranya, mereka memohon untuk gencatan senjata.
Lesley Stahl: Jadi kalian berhasil memulihkan rasa superioritas, tapi bagaimana dengan reputasi moral kalian? Apakah Israel tidak perlu khawatir tentang reputasinya?
Gabriel: Tentu saja. Tapi ada prioritas. Yang utama adalah melindungi rakyatmu agar tidak dibantai ribuan orang. Setelah itu, baru bicara soal reputasi.
Efek dari operasi pager ini sangat luas: secara signifikan melemahkan Iran karena kerajaan proksi mereka runtuh—Hezbollah hancur di Lebanon, dan Assad jatuh di Suriah. Kami bertanya kepada agen Michael tentang pengaruhnya terhadap Gaza.
Lesley Stahl: Bagaimana pengaruhnya terhadap situasi dengan Hamas?
Michael: Semangat perlawanan Hezbollah menguap setelah operasi pager. Dan saya berharap ini juga berdampak terhadap Hamas dan situasi penyanderaan. Karena mereka melihat ke kanan dan kiri—dan tak ada siapa-siapa di samping mereka. Mereka benar-benar terisolasi sekarang.
Lesley Stahl: Dalam konteks jenis perang seperti ini—menggunakan walkie-talkie dan pager—apakah Anda menyebutnya perang psikologis?
Michael: Keesokan harinya setelah pager meledak, orang-orang di Lebanon takut menyalakan AC karena takut itu akan meledak. Jadi, ya—ketakutan itu nyata.
Lesley Stahl: Apakah itu memang disengaja?
Michael: Kami ingin mereka merasa rentan—karena memang begitulah kenyataannya. Kami tidak bisa lagi menggunakan pager karena kami sudah memakainya. Kami sudah beralih ke hal berikutnya. Dan sekarang, mereka akan terus mencoba menebak: apa langkah kami selanjutnya (RED).
Discussion about this post