REHOVOT ISRAEL, RADIANTVOICE.ID – Serangan balasan Iran pada 15 Juni 2025 tidak hanya mengguncang instalasi militer Israel, tetapi juga meluluhlantakkan salah satu pusat riset sains paling prestisius di negeri itu: Weizmann Institute of Science di Rehovot. Dua bangunan utama kampus, termasuk fasilitas baru untuk laboratorium kimia dan material serta gedung riset ilmu hayati, mengalami kerusakan parah akibat rudal Iran.
Ironisnya, kehancuran justru menimpa laboratorium yang berfokus pada penelitian kanker, bukan laboratorium dengan kaitan langsung ke militer. Ratusan peneliti kehilangan hasil kerja bertahun-tahun, termasuk koleksi genetika langka, sampel DNA, dan bakteri hasil penelitian.
“Jelas kami menjadi target,” ujar Roee Ozeri, Wakil Presiden Weizmann Institute, seraya menyebut bahwa tidak ada korban luka dalam serangan tersebut. Kampus kini ditutup sementara dan seluruh tamu asing dievakuasi ke luar kampus.
Weizmann selama ini memang memiliki sejumlah proyek sains yang bersinggungan dengan kepentingan militer Israel, khususnya di bidang energi, komputasi, dan kesehatan. Namun, menurut para peneliti, mayoritas riset yang terdampak tidak berhubungan langsung dengan pertahanan.
Ahli biologi kanker Ruth Scherz-Shouval, yang sedang tidur bersama keluarganya saat sirene berbunyi pukul 03.30 dini hari, menggambarkan ledakan itu sebagai “suara mengerikan yang belum pernah terdengar sebelumnya.” Meski laboratoriumnya selamat, banyak koleganya tak seberuntung itu.
Ahli saraf Oren Schuldiner mengatakan, “Lab saya hilang total. Tidak ada yang bisa diselamatkan. Akan butuh waktu 3–4 tahun untuk membangunnya kembali.”
Di tengah kehancuran, solidaritas ilmiah mengemuka. Para peneliti bekerja bersama memindahkan peralatan penting dari gedung rusak ke fasilitas yang masih aktif.
“Ada rasa kebersamaan dalam tragedi ini,” kata Scherz-Shouval.
Namun serangan ini meninggalkan luka yang lebih dalam daripada sekadar fisik. Banyak peneliti mulai mempertanyakan masa depan mereka di Israel, termasuk Schuldiner yang aktif menolak kebijakan pemerintah Netanyahu dan perang di Gaza.
“Keputusan saya tinggal atau pergi akan lebih ditentukan oleh arah pemerintahan, bukan oleh rudal Iran berikutnya,” ujarnya.
Meskipun semangat ilmiah tetap menyala, kerusakan pada Weizmann Institute menandai dampak menyakitkan dari eskalasi konflik antara Israel dan Iran, di mana ilmu pengetahuan pun tak luput dari medan perang (RED).
Discussion about this post