JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Peluang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam bursa calon wakil presiden 2029 makin menguat. Selain menjabat sebagai Menteri Koordinator Infrastruktur di kabinet Presiden Prabowo Subianto, AHY juga memiliki kapital politik historis sebagai putra Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat.
Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, posisi AHY saat ini menempatkannya dalam jalur strategis kekuasaan, terlebih jika mampu menjaga performa kinerja di pemerintahan serta menggerakkan mesin partai.
“Posisi AHY sebagai ketua umum partai besar dan menteri strategis di kabinet, adalah dua modal elektoral penting menuju 2029. Terlebih jika Demokrat mampu tampil cemerlang di Pemilu mendatang,” ujar Agung, Kamis (19/6).
Relasi Prabowo dan AHY tidak sekadar hubungan atasan dan bawahan di pemerintahan. Ada sejarah panjang dan kedekatan emosional antara Prabowo dengan SBY, dua tokoh militer yang dulunya berasal dari satu almamater taruna, dan kini bertemu dalam jalur politik nasional.
Dalam sambutannya saat peresmian Kampus Bhinneka Tunggal Ika Universitas Pertahanan (Unhan) di Sentul, Prabowo bahkan menyebut SBY sebagai panutan dan tokoh visioner yang telah merancang kaderisasi kepemimpinan bangsa sejak dini.
“Pak SBY itu perintis, beliau punya visi jauh ke depan. Saya bersyukur beliau hadir hari ini,” ujar Prabowo, (11/6).
Sehari kemudian, Prabowo kembali menegaskan dukungannya terhadap AHY dalam forum Konferensi Internasional Infrastruktur 2025. Dalam acara itu, Prabowo secara terbuka memuji pemaparan AHY sebagai representasi dari visi kabinetnya.
“Saya senang, berarti saya tidak salah pilih Menko Infrastruktur,” ucap Prabowo.
Pujian terbuka ini menjadi sinyal kuat bahwa AHY tidak sekadar ditempatkan secara simbolis di kabinet, melainkan diberi ruang aktualisasi strategis. Dan ini menjadi etalase awal jika ingin melaju di Pilpres 2029, meski bukan sebagai capres utama.
Sebagai ketum Demokrat, AHY membawa beban ganda: menjaga warisan politik SBY, sekaligus membuktikan diri sebagai figur modern dan relevan dalam konteks politik hari ini.
Menurut Agung, justru posisi sebagai cawapres yang kini paling realistis bagi AHY, dibanding mencoba langsung menantang figur sekelas Prabowo atau tokoh populis lain di 2029.
“Kalau AHY dan Demokrat bermain cerdas, justru posisi cawapres bisa menjadi batu loncatan jangka panjang. Dan peluangnya terbuka jika performanya konsisten hingga akhir masa jabatan,” ujarnya.
Dengan masa jabatan Prabowo masih sangat awal, semua spekulasi 2029 bersifat dinamis. Namun, AHY tampaknya sedang ‘dipoles’ di dapur kekuasaan untuk tampil lebih matang secara politik.
Dan jika hubungan Prabowo-SBY tetap harmonis hingga 2029, maka konfigurasi “Prabowo-AHY Jilid II” bukan mustahil menjadi bagian strategi stabilitas politik dan kontinuitas pembangunan yang dijual ke publik.
AHY kini berdiri di simpang jalan sejarah: antara menjadi penerus kejayaan Demokrat, atau mewarisi peran strategis sebagai jembatan generasi milenial dalam elit kekuasaan nasional (RED).
Discussion about this post