JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Nasib politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) pasca-lengser kian menjadi sorotan. Setelah dikabarkan menjauh dari PDIP dan santer digosipkan akan bergabung dengan Golkar, kini nama Jokowi justru ramai dikaitkan dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai yang kini dipimpin oleh putra bungsunya, Kaesang Pangarep.
Namun, benarkah kehadiran Jokowi mampu mendongkrak pamor PSI?
Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan, dalam diskusi yang digelar CNN Indonesia, mengungkap data mengejutkan: elektabilitas Jokowi saat ini hanya tersisa 2 persen!
Survei ini bukan bertujuan untuk menakar peluang Jokowi maju di kontestasi tertentu, melainkan mengukur sejauh mana pengaruh ketokohan Jokowi setelah tak lagi menjabat. Djayadi pun membandingkan hasil ini dengan situasi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setahun pasca lengser dari kursi presiden pada 2014 silam.
“Di Oktober sampai Desember 2015, setahun lebih setelah SBY turun, elektabilitas top of mind-nya masih stabil di angka 4–5 persen,” ujarnya.
Fakta ini mencengangkan, mengingat Jokowi baru empat sampai lima bulan meninggalkan Istana.
“Pak Jokowi sekarang baru 4-5 bulan selesai, sudah tinggal 2% saja,” ungkap Djayadi.
Meskipun tingkat popularitas Jokowi masih tinggi di kalangan masyarakat, namun menurut Djayadi, elektabilitas adalah soal siapa yang masih dianggap pantas memimpin, bukan sekadar disukai.
“Kalau berharap ketokohan Pak Jokowi akan berdampak besar untuk PSI, atau bahkan lebih kuat dibanding saat ia masih menjabat, saya kira belum tentu,” tandasnya.
Kini, publik menunggu: akankah Jokowi benar-benar bergabung dengan PSI dan membawa gebrakan baru, atau justru sekadar simbol tanpa pengaruh nyata? (RED).
Discussion about this post