JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Manuver politik M. Romahurmuziy (Rommy) menjelang Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kembali menuai kontroversi. Kali ini, Ketua DPC PPP Jakarta Timur, Ahmad Rifa’i, angkat bicara dengan nada tajam menyebut Rommy telah merusak marwah partai dan memperlakukan PPP layaknya barang dagangan komoditi politik.
“Malu rasanya mendengar PPP didagangin Rommy. Seolah-olah Partai Ulama ini hanya jadi komoditas jualan yang diobral kemana-mana,” kecam Rifa’i dalam pernyataan resminya, Kamis (29/5) lalu.
Rifa’i mengungkapkan kekecewaan mendalam sejak kasus suap jual beli jabatan yang menjerat Rommy saat masih menjabat Ketua Umum PPP di Pemilu 2019. Penangkapan oleh KPK kala itu, menurutnya, menjadi titik kelam bagi PPP, khususnya di wilayah Jakarta Timur.
“Bagai petir di siang bolong, dunia kontan terasa gelap. Perjuangan kami berbulan-bulan untuk mempertahankan 4 kursi DPRD dan 1 kursi DPR RI di Jakarta Timur langsung runtuh saat itu juga,” ujarnya.
Kerugian elektoral pun tak main-main. Dari sebelumnya memiliki 10 kursi DPRD Jakarta Timur pada Pemilu 2014, PPP hanya berhasil mempertahankan satu kursi di 2019. Sementara kursi DPR RI lenyap sepenuhnya.
“Apalagi Rommy tinggalnya di Jakarta Timur, habis sudah suara kami tahun 2019. Kursi DPRD hilang 3, DPR RI hancur lebur, hilang semua,” lanjut Rifa’i.
Ia menyesalkan kemunculan kembali Rommy di kancah politik tanpa penyesalan. Alih-alih instrospeksi, Rommy justru dinilai mengobral nama PPP demi kepentingan segelintir elite.
“Sesak kami belum hilang, eh malah hari ini muncul lagi bukan untuk pengakuan dosa, tetapi malah dagangin PPP,” tegasnya.
Dalam penutup pernyataannya, Rifa’i menyindir tajam: “Mestinya Rommy taubat nasuha agar tidak lagi menjadi azab bagi PPP. Jangan ganggu PPP lagi kalau tidak ingin kualat dengan warisan para Ulama. Biarkan kader bekerja untuk kembalikan kejayaan PPP.”
Sinyal penolakan terhadap Rommy semakin kencang dari akar rumput partai. Muktamar PPP kali ini dipastikan tak hanya menjadi ajang pemilihan ketua umum, tapi juga pertarungan legitimasi dan narasi arah masa depan partai (RED).
Discussion about this post