BOGOR, RADIANTVOICE.ID – Kasus keracunan massal yang diduga akibat konsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat, terus menuai sorotan. Hingga Selasa (13/5/2025), jumlah siswa yang menjadi korban melonjak drastis hingga 223 anak, mencakup pelajar dari tingkat TK hingga SMA.
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Irma Suryani Chaniago, menyebut peristiwa ini sebagai kasus keracunan paling parah sepanjang program MBG berjalan.
“Kami menyampaikan rasa keprihatinan mendalam dan mendoakan agar anak-anak didik segera sehat. Ini adalah yang paling parah dari semua kasus yang pernah terjadi,” ujar Irma kepada Radiant Voice pada Selasa (13/5/2025).
Ia mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) segera mengevaluasi total vendor penyedia makanan serta memutus kontrak dengan yayasan yang bertanggung jawab. Tak hanya itu, Irma juga meminta tiga pegawai dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bogor, termasuk chef, ahli gizi, dan petugas kontrol, untuk dicopot karena dianggap lalai.
“Mereka harus bertanggung jawab, karena telah lalai menjalankan tugas,” tegas Irma.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, melaporkan jumlah korban terus bertambah. Hasil pemeriksaan Labkesda mengungkap bahwa makanan MBG yang didistribusikan mengandung bakteri Salmonella Typhosa dan E. Coli, yang ditemukan pada menu tumis toge, tahu, serta telur ceplok saus barbeque.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, merespons cepat dengan menonaktifkan dapur MBG di wilayah tersebut. Evaluasi menyeluruh sedang dilakukan untuk mencegah kejadian serupa.
“SPPG Bogor kami nonaktifkan sementara untuk evaluasi total,” ujar Dadan.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, pun angkat bicara dan meminta agar SOP pengolahan dan pengawasan MBG diperketat secara nasional.
“Ini menyangkut anak-anak. Jangan anggap remeh. Ini kejadian serius,” tegas Dedie.
Hingga berita ini diturunkan, 12 siswa masih dirawat akibat keracunan, meskipun sebagian besar mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan (RED).
Discussion about this post