WAHINGTON DC, RADIANTVOICE.ID – Perusahaan teknologi raksasa Meta tengah menghadapi risiko kerugian finansial besar setelah tawaran damai dari CEO Mark Zuckerberg ditolak oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC). Dalam persidangan antimonopoli yang tengah berlangsung di Washington DC, Meta berpotensi harus membayar ganti rugi hingga USD 30 miliar (sekitar Rp 480 triliun) serta menghadapi pembatasan hukum atas praktik bisnisnya.
Zuckerberg dilaporkan telah mengajukan penyelesaian senilai USD 450 juta, bahkan kemudian menaikkannya hingga mendekati USD 1 miliar (sekitar Rp 16 triliun). Namun angka tersebut dianggap terlalu kecil oleh FTC, yang tetap bersikeras pada tuntutan minimal USD 18 miliar (sekitar Rp 288 triliun) ditambah larangan terhadap praktik monopoli seperti yang dituduhkan kepada Meta.
Strategi Meta Diungkap ke Publik
FTC menuding Meta menjalankan strategi “buy or bury”, yaitu membeli atau menyingkirkan pesaing potensial agar tidak bisa mengancam dominasinya. Bukti kuat yang dihadirkan berupa email dan pesan lama dari Zuckerberg, termasuk dokumen tahun 2018 yang mengindikasikan kekhawatiran akan kemungkinan pemisahan Instagram dan WhatsApp dari Meta akibat tekanan antimonopoli.
Salah satu email dari 2012 juga menyebutkan secara eksplisit bahwa pembelian Instagram dilakukan demi “menetralisir kompetitor.” Zuckerberg bahkan disebut pernah mencoba membeli Snapchat dengan tawaran USD 6 miliar, yang ditolak CEO Evan Spiegel.
Mantan COO Facebook, Sheryl Sandberg, turut dihadirkan sebagai saksi dan menjelaskan strategi Meta menghadapi para pesaing, termasuk layanan Google+ dan aplikasi kamera yang dianggap mengancam dominasi Facebook saat itu.
TikTok Jadi Alasan, FTC Tak Bergeming
Dalam kesaksiannya, Zuckerberg berdalih bahwa langkah-langkah Meta adalah bagian dari respons terhadap ancaman serius dari TikTok. Ia menyebut lonjakan popularitas TikTok sejak 2018 telah memperlambat pertumbuhan platform milik Meta, dan perusahaan harus segera menyesuaikan strategi.
“Kami melihat pertumbuhan melambat secara drastis. Itu sangat mendesak,” ujar Zuckerberg dalam sidang.
Namun FTC menilai kehadiran TikTok tidak menghapus fakta bahwa Meta telah berulang kali melakukan akuisisi strategis terhadap pesaing yang dianggap potensial, bahkan sebelum mereka sempat berkembang besar.
Jalan Panjang yang Mahal
Dengan ditolaknya tawaran damai, Meta harus bersiap menghadapi proses hukum yang berlarut-larut, denda miliaran dolar, serta kemungkinan dibatasinya kekuasaan bisnis mereka oleh pemerintah AS.
Langkah ini juga bisa menjadi preseden penting dalam upaya membatasi dominasi raksasa teknologi di dunia. Untuk Meta, pertaruhannya bukan hanya citra publik, tetapi juga stabilitas bisnis dan masa depan perusahaan yang kini tengah diawasi ketat (RED).
Discussion about this post