NAIROBI KENYA, RADIANTVOICE.ID – Direktur Eksekutif Green Press Indonesia, IGG Maha Adi, baru saja menyelesaikan kunjungan intensif ke Ethiopia dan Kenya dalam rangka program Connect Fund dari Bertha Challenge Fellowship. Perjalanan ini menjadi kelanjutan dari lawatannya sebelumnya ke Cape Town, Afrika Selatan, dengan fokus utama mengangkat isu disinformasi iklim di negara-negara global selatan.
Di jantung kota Nairobi, Maha Adi berdialog dengan para aktivis Social Justice Center dan 12 jurnalis lokal. Diskusi ini mengungkap praktik sistematis aparat negara dalam menyebarkan informasi yang menyesatkan tentang krisis iklim—terutama kepada warga yang paling terdampak.
Dampak Langsung di Korogocho dan Mathare
Wilayah Korogocho dan Mathare—permukiman padat di Nairobi—menjadi contoh nyata dari dampak perubahan iklim yang diperparah oleh kelalaian pemerintah. Banjir bandang pada 2024 menelan puluhan korban jiwa, sementara musim kemarau ekstrem membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.
“Pemerintah kota berbohong. Mereka tidak kunjung memenuhi janji rehabilitasi,” kata Tiffani Mbuga, aktivis setempat. Aktivis lain, Dennis Orengo, menambahkan bahwa “tidak ada transparansi atas langkah pemerintah pasca-bencana.”
Dalam forum bersama jurnalis Kenya, Maha Adi mengungkap bahwa Indonesia menghadapi pola disinformasi serupa, terutama dalam konteks transisi energi. Meski Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 112/2022 tentang pensiun dini PLTU, hingga kini roadmap transisi energi belum juga dipublikasikan.
“Empat mantan Dirut PLN masuk penjara karena korupsi batu bara. Tapi lobi elite masih kuat menutupi dampaknya,” ujar Maha Adi. Ia juga menyinggung pernyataan kontradiktif dari pejabat KLHK pada 2023, saat polusi ekstrem melanda Jakarta.
Setelah Afrika, Green Press Indonesia akan memperluas liputannya ke Mongolia, atau menjadi tuan rumah untuk jurnalis investigasi Eropa yang akan menelusuri isu lingkungan di Indonesia.
Kolaborasi lintas negara ini dianggap penting untuk melawan disinformasi iklim global dan memperkuat jurnalisme lingkungan yang berpihak pada kebenaran dan keadilan ekologis (RED).
Discussion about this post