SEMARANG, RADIANTVOICE.ID – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memberi sinyal kuat akan terbuka terhadap kehadiran figur eksternal dalam kepemimpinan partai ke depan. Hal ini menjadi salah satu poin penting yang disepakati dalam Forum Halaqah Ulama dan Kader PPP yang digelar di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan, Semarang, Sabtu (3/5/2025).
Dalam forum yang dihadiri para tokoh senior, pengurus wilayah, hingga kader muda tersebut, muncul kesepakatan untuk memilih ketua umum baru melalui muktamar yang dijadwalkan pada Agustus atau September 2025. Namun yang menjadi sorotan adalah sikap partai yang mulai terbuka terhadap tokoh-tokoh di luar struktur internal untuk mengisi posisi strategis, termasuk ketua umum.
Sekjen DPP PPP, M Arwani Thomafi, menegaskan bahwa partai harus melihat kebutuhan elektoral dan tantangan strategis ke depan. Karena itu, PPP perlu membuka ruang seluas-luasnya bagi figur yang memiliki kapasitas besar dan rekam jejak kuat untuk memimpin partai, tanpa membatasi dari mana latar belakangnya.
“Kita harus menyambut kemunculan sosok-sosok potensial, baik dari internal maupun eksternal, yang diyakini mampu menjadi motor penggerak kebangkitan PPP menuju Pemilu 2029,” ujar Arwani.
Menurutnya, mekanisme penjaringan harus objektif dan berbasis kebutuhan riil partai. Ia juga menyebut bahwa PPP tak boleh eksklusif jika ingin kembali menjadi kekuatan penting di parlemen.
Selain membahas kepemimpinan, forum juga merumuskan lima rekomendasi strategis, seperti menjaga stabilitas internal, mengoptimalkan kinerja pejabat publik dari PPP, serta meneguhkan semangat transformasi organisasi.
Ketua DPW PPP Jawa Tengah, Masruhan Samsurie, menambahkan bahwa partai kini sedang dalam tahap evaluasi menyeluruh. Semangat perubahan yang dibawa forum ini diyakini akan menjadi titik balik PPP untuk kembali ke jalur kemenangan.
“PPP harus realistis, terbuka, dan adaptif terhadap dinamika politik nasional. Jika ada figur di luar struktur partai yang mampu membawa perubahan, mengapa tidak?” kata Masruhan.
Dengan arah baru ini, PPP memberi sinyal penting bahwa regenerasi kepemimpinan bukan hanya urusan internal, tapi juga bagian dari strategi elektoral menghadapi 2029 (RED).
			








		    





















                
Discussion about this post