VATICAN, RADIANTVOICE.ID – Puluhan ribu pelayat mengantre untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus, yang jenazahnya disemayamkan dalam peti mati terbuka di Basilika Santo Petrus. Sebagaimana dilaporkan BBC, Pada Rabu pagi, sekitar 20.000 orang berkumpul untuk menyaksikan para kardinal berjubah merah dan imam berjubah putih mengantar peti mati dari kediaman pribadi Paus.
Lonceng berdentang selama prosesi yang berlangsung selama 40 menit, sementara kerumunan massa bertepuk tangan — sebuah tanda penghormatan tradisional Italia. Selama sembilan hari ke depan, Vatikan akan menjalani masa berkabung. Pemakaman Paus asal Argentina ini akan dilangsungkan pada hari Sabtu.
Paus berusia 88 tahun itu wafat pada hari Senin setelah menderita stroke. Sebelumnya, ia sempat dirawat di rumah sakit selama lima minggu awal tahun ini karena pneumonia ganda. Fransiskus merupakan pemimpin Gereja Katolik pertama yang berasal dari Amerika Latin, dan telah menjabat selama 12 tahun.
Jenazahnya akan disemayamkan di gereja hingga Jumat malam. Prosesi penghormatan publik dimulai pada pukul 11.00 waktu setempat (10.00 BST) hari Rabu. Polisi Vatikan memberi tahu BBC bahwa Basilika Santo Petrus akan tetap dibuka sepanjang malam agar kerumunan besar di alun-alun dapat melewati peti mati.
Pada tengah malam, saat gereja seharusnya tutup, masih terlihat antrean panjang orang-orang yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Pengawal Swiss, yang bertanggung jawab atas keamanan Paus, mengawal peti matinya ke altar gereja.
Sesaat setelah prosesi dimulai, antrean sudah memakan waktu hingga delapan jam, menurut media Italia. Menjelang sore hari, puluhan ribu orang telah memenuhi alun-alun. Luis dan Macarena, pasangan asal Meksiko, datang ke Roma untuk bulan madu mereka dan berharap dapat bertemu dengan Paus, yang biasanya memberikan berkat khusus kepada pengantin baru. Sebagaimana dikutip dari BBC, Luis mengatakan bahwa dengan melihat tempat peristirahatan terakhir Paus akan memberikan mereka rasa keterhubungan.
“Paus Fransiskus adalah orang suci dan dia akan memberkati kami dari surga,” ujar Luis sebagaimana disitir dari BBC.
Di tempat yang sama, Mary Ellen, seorang warga Amerika yang tinggal di Italia, mengatakan ia datang ke Vatikan dengan kereta malam untuk “mengucapkan selamat tinggal”.
“Aku mencintai Papa Francesco,” katanya. “Karena dia rendah hati, baik, dan mencintai para imigran. Aku tahu dia telah melalui banyak hal sulit di Vatikan. Dia melawan kekuasaan dan pengaruh di Vatikan demi menjadi seorang Kristen sejati, seorang Katolik sejati.”
Ia mengatakan bahwa saat melewati peti mati, ia akan berdoa dan meminta bantuan Paus Fransiskus dalam pekerjaannya membantu para imigran. Di dalam Basilika Santo Petrus, di bawah tatapan patung marmer para paus dan santo, arus orang terus mengalir menuju peti mati Paus untuk memberikan penghormatan.
Beberapa berlutut, yang lain berdoa dan membuat tanda salib sebelum perlahan berjalan pergi. Banyak yang berhenti sejenak untuk mengagumi keindahan megah basilika. Suasana tetap hening dan khidmat meskipun dipenuhi ribuan orang.
Dua wanita yang menunggu selama lima jam untuk melihat Paus mengatakan bahwa mereka mulai mengantre sejak pukul 09.00 pagi. Sebagaimana dilaporkan oleh BBC salah satu dari mereka mengatakan bahwa penting baginya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin umat Katolik itu.
“Selama bertahun-tahun aku mengikuti semua yang dia lakukan, dan rasanya seperti aku ikut bepergian keliling dunia bersamanya, meskipun aku hanya di rumah. Dia senang bepergian dan memprioritaskan kaum miskin,” ujarnya.
Ketika ditanya bagaimana rasanya melihat Paus di dalam peti mati, dia menjawab: “Dia persis seperti sosok yang biasa kita lihat di televisi.”
Fredrik, yang berasal dari Ghana tapi datang dari Polandia, mengatakan bahwa Paus telah “melakukan yang terbaik” dan “sekarang giliran kita untuk melanjutkan karya baik itu.”
Eva Asensio, seorang warga Meksiko yang sedang berlibur di Italia, mengatakan bahwa dia merasakan kedekatan dengan Paus asal Argentina tersebut.
“Kami melihatnya sebagai Paus yang baik — seseorang yang mendukung semua orang, tak peduli orientasi seksualmu, dari mana asalmu. Dia mempersatukan kita,” katanya sambil berlinang air mata.
Margaux, seorang warga Prancis yang tinggal di Roma, mengatakan bahwa pengalaman ini adalah “momen yang sangat kuat”. Baginya, Paus Fransiskus berarti “harapan”, dan pandangannya yang lebih progresif sangatlah penting.
“Aku berharap Paus berikutnya akan mengikuti jejaknya,” ujarnya (RED).
Discussion about this post