UBUD BALI, RADIANTVOICE.ID – Ajang sastra bergengsi Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) kembali jadi panggung lahirnya talenta sastra muda Indonesia. Dari 647 penulis muda yang mengirimkan karya cerita pendek dari berbagai penjuru Tanah Air, hanya 10 nama yang terpilih untuk mengikuti program Emerging Writers 2025.
Seleksi ketat dilakukan oleh tiga kurator ternama: Ni Made Purnama Sari, Shinta Febriany, dan Ratih Kumala. Para penulis terpilih nantinya akan mengikuti pelatihan intensif hingga karya mereka dibukukan dalam antologi tahunan yang diluncurkan pada Oktober mendatang.
Program Emerging Writers UWRF bukan sekadar kompetisi menulis. Inisiatif ini bertujuan menjadi jembatan bagi penulis muda Indonesia agar dikenal lebih luas di kancah internasional. Cerpen-cerpen yang dikirim pun beragam, mulai dari respons atas isu adat dan tradisi, sejarah, sosial, hingga dinamika masyarakat digital.
Kurator Ni Made Purnama Sari menyoroti kuatnya tema adat dan budaya dalam naskah yang masuk. Namun, ia mengingatkan pentingnya menjadikan budaya sebagai bagian utuh dari cerita, bukan sekadar tempelan.
“Beberapa naskah cukup menjanjikan, tapi ada juga yang menjadikan kekhasan budaya hanya sebagai ornamen lewat dialog lokal atau deskripsi panjang lebar,” ujarnya.
Seleksi naskah dibuka sejak 10 Desember 2024 hingga 9 Februari 2025. Dari ratusan peserta, tim kurator lebih dulu mengerucutkan menjadi 30 penulis sebelum akhirnya memilih 10 terbaik.
Berikut nama-nama penulis muda terpilih:
-
Alief El-Ichwan (Bandung, Jawa Barat)
-
Annisa Ivana (Jakarta)
-
Charlotte Diana (Semarang, Jawa Tengah)
-
Kukuh Yudha Karnanta (Surabaya, Jawa Timur)
-
Ridwan Malik (Garut, Jawa Barat)
-
Rie Arshaka (Banjarbaru, Kalimantan Selatan)
-
Robbyan Abel Ramdhon (Mataram, NTB)
-
Rosul Jaya Raya (Bangkalan, Jawa Timur)
-
Udiarti (Sragen, Jawa Tengah)
-
Wawan Kurniawan (Makassar, Sulawesi Selatan)
Direktur UWRF, Janet DeNeefe, mengungkapkan kekagumannya terhadap kekayaan perspektif dalam karya para peserta.
“Lewat program ini, kami ingin membawa cerita mereka ke panggung dunia. Ini tentang membangun komunitas sastra yang inklusif dan beragam,” ucap Janet.
Dengan peserta yang mewakili keragaman daerah dan suara, UWRF 2025 menunjukkan bahwa masa depan sastra Indonesia berada di tangan generasi muda yang penuh semangat dan visi (RED).
Discussion about this post