BEIJING, RADIANTVOICE.ID – Produsen-produsen di China mulai mengambil langkah baru dalam menghadapi tekanan tarif dari Amerika Serikat. Alih-alih hanya melalui jalur perdagangan konvensional, mereka kini memanfaatkan media sosial TikTok untuk menjangkau konsumen langsung, melewati perantara dan beban tarif yang dipicu kebijakan mantan Presiden AS, Donald Trump.
Langkah ini membuka babak baru dalam perang dagang: dari meja perundingan ke lini media sosial. Beberapa pengguna TikTok yang mengaku sebagai produsen tas mewah dan pakaian olahraga bermerek, seperti Hermes dan Lululemon, menawarkan produk dengan harga jauh lebih murah langsung dari pabrik di China.
“Kenapa tidak beli langsung ke kami saja? Harganya tak akan kalian percaya,” ujar seorang pengguna TikTok bernama Wang Sen, dalam video yang kini telah dihapus.
Ia berdiri di depan tas yang menyerupai model Birkin milik Hermes dan mengklaim bahwa ia merupakan bagian dari rantai produksi merek tersebut. Strategi ini disambut oleh banyak pengguna TikTok, terutama konsumen Amerika yang geram dengan tingginya harga barang pasca penerapan tarif impor.
Seorang kreator lain, LunaSourcingChina, bahkan secara terbuka menunjukkan dua pabrik di Yiwu yang menawarkan legging sekelas Lululemon dengan harga hanya US$5–6. Padahal, produk serupa dijual retail hingga US$98 atau sekitar Rp1,6 juta di AS.
Fenomena ini menyoroti ketergantungan pasar AS terhadap produk buatan China, meski secara politis hubungan dagang kedua negara kerap memanas. Dalam laporan CNN, para ahli mempertanyakan klaim para TikTokers terkait hubungan langsung mereka dengan merek global. Namun di sisi lain, mereka mengakui bahwa tekanan tarif membuat konsumen AS makin tertarik mencari alternatif lebih murah.
“Jika produksi China berhenti, banyak toko di AS akan kosong,” kata Regina Frei, profesor dari University of the Arts London, yang menyoroti kompleksitas rantai pasok global untuk produk mewah.
Tren ini juga dibarengi dengan melonjaknya popularitas aplikasi e-commerce asal China seperti DHgate dan Taobao di App Store Amerika Serikat. Hal ini dinilai sebagai sinyal bahwa strategi tarif tinggi malah mendorong munculnya jalur perdagangan tak konvensional—yang sulit dipantau dan diawasi pemerintah.
Bagi konsumen, TikTok bukan sekadar platform hiburan, tapi kini juga jadi pintu ke “pasar bayangan” global, tempat mereka bisa mendapat barang incaran dengan harga yang lebih ramah kantong, meski dengan risiko kualitas dan keaslian (RED).
Discussion about this post