OGAN ILIR, RADIANTVOICE.ID – Kesepian, depresi, dan kesehatan menurun jadi tantangan besar bagi lansia di Indonesia. Untuk mengatasi itu, BKKBN mendorong hadirnya Sekolah Lansia sebagai ruang belajar, bersosialisasi, dan tetap aktif di usia senja.
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (15/4), Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, menghadiri Wisuda Akbar Sekolah Lansia. Sebanyak 305 lansia dari tujuh sekolah ikut serta, dengan 275 orang diwisuda dan 30 lainnya lanjut ke jenjang berikutnya.
“Sekolah lansia ini bukan hanya soal belajar, tapi tempat mereka merasa dihargai, didengar, dan punya kegiatan positif,” ujar Menteri Wihaji.
Lonjakan jumlah lansia jadi perhatian serius. Menurut data BPS, pada 2024 jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 12 persen. Di Sumsel sendiri, angkanya sudah menyentuh 10,23 persen — menandakan masuknya wilayah ini ke dalam kategori ageing population.
Tak sedikit lansia yang hidup sendiri atau hanya berdua dengan pasangan. Di Sumsel, 3,79 persen lansia tinggal sendiri, dan 19,33 persen hanya bersama pasangan. Ini jadi faktor pemicu kesepian dan tekanan mental.
“Banyak yang merasa kosong karena anak-anaknya pergi, tubuh sudah tak sekuat dulu, akhirnya muncul rasa tidak nyaman dengan keadaan,” tambah Wihaji.
Sekolah lansia hadir sebagai ruang untuk berdaya. Selain belajar hal-hal praktis, mereka bisa bersosialisasi dan tetap aktif secara mental maupun fisik. Harapannya, mereka tak hanya sehat, tapi juga bahagia.
BKKBN pun terus mendorong pemerintah daerah untuk ikut mendukung program ini. Di Ogan Ilir, inisiatif ini diapresiasi karena dinilai jadi contoh baik untuk wilayah lain.
“Lansia itu tetap bisa produktif, asal diberi ruang dan dukungan,” tegas Wihaji (RED).
Discussion about this post