JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti pentingnya hilirisasi sebagai strategi utama dalam transformasi ekonomi Indonesia. Namun, ia mengakui bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi agar hilirisasi benar-benar memberikan manfaat bagi bangsa.
Hal itu disampaikan Bahlil dalam acara Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) di Rumah Dinas Menteri ESDM, Jakarta, pada Rabu (12/3/2025).
Menurut Bahlil, hilirisasi bukan sekadar kebijakan, melainkan strategi besar yang akan menentukan masa depan ekonomi Indonesia.
“Sejak 2019, ekspor hasil hilirisasi nikel kita sudah mencapai 40 miliar USD. Ini membuktikan bahwa hilirisasi adalah game changer bagi perekonomian nasional,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa masih ada tantangan besar dalam penerapannya. Salah satunya adalah dominasi asing dalam investasi hilirisasi yang berpotensi menghambat pemerataan manfaat bagi rakyat Indonesia.
“Kalau hilirisasi dibiayai oleh asing, maka 60% nilai tambahnya akan kembali ke luar negeri. Itu karena mereka harus mengembalikan pokok dan bunga dari pinjaman,” tegasnya.
Untuk mengatasi hal ini, Bahlil mengatakan bahwa pemerintah telah mendorong agar pendanaan hilirisasi lebih banyak berasal dari lembaga keuangan nasional, baik perbankan maupun non-perbankan.
Selain itu, ia juga menyoroti perlunya tata kelola yang lebih jelas dalam kebijakan hilirisasi. Menurutnya, keberhasilan hilirisasi tidak hanya bergantung pada investasi, tetapi juga pada koordinasi antar-kementerian dan lembaga terkait.
“Saya sudah mengusulkan agar hilirisasi dikelola secara lebih terpusat melalui Kementerian Investasi, bukan hanya di sektor ESDM atau BUMN, agar tidak terjadi ego sektoral,” jelasnya.
Bahlil juga menekankan bahwa hilirisasi harus dijalankan secara berkeadilan, terutama bagi masyarakat di daerah yang memiliki sumber daya alam.
“Saya sebagai orang daerah tahu betul bahwa banyak kebijakan ekonomi yang lebih menguntungkan pusat daripada daerah. Hilirisasi harus memberi manfaat bagi masyarakat lokal, bukan hanya untuk Jakarta,” katanya.
Meski masih ada tantangan, Bahlil optimistis bahwa hilirisasi akan terus menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kita harus berani mengubah struktur ekonomi kita dari konsumtif menjadi produktif. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan hilirisasi yang terencana dan terstruktur,” tutupnya (RED).
Discussion about this post