JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Presiden RI Prabowo Subianto bukan sekadar silaturahmi. Faktor pemulihan nama baik Bung Karno menjadi salah satu alasan utama yang mendorong keduanya untuk bertemu.
Ahmad Basarah, Ketua DPP PDI Perjuangan, mengungkapkan bahwa Megawati telah memberikan sinyal positif untuk merencanakan pertemuan dengan Prabowo sejak Oktober 2024. Pesan ini disampaikan melalui Ahmad Muzani, Sekjen Partai Gerindra.
“Bu Mega menyampaikan kesediaannya bertemu dengan Pak Prabowo setelah kabinet terbentuk, menunjukkan pertemuan ini bebas dari pembahasan kursi pemerintahan,” kata Basarah di Jakarta pada Rabu, (15/1/2025).
Pemulihan nama baik Bung Karno menjadi latar belakang yang mempererat hubungan Megawati dan Prabowo. Pada September 2024, Prabowo menerima surat dari Pimpinan MPR yang meminta penghapusan TAP MPRS Nomor XXXIII Tahun 1967 tentang pencabutan kekuasaan Presiden Soekarno. Prabowo menyambut positif surat tersebut.
“Tanpa diminta pun, saya akan memulihkan hak-hak Bung Karno setelah menjadi Presiden nanti,” ujar Prabowo, seperti dikutip Basarah.
Presiden ke-8 RI itu bahkan menunjukkan kekagumannya terhadap Bung Karno. Dalam ruang kerjanya sebagai Menteri Pertahanan kala itu, tergantung lukisan besar Bung Karno menunggang kuda. Atas komitmen tersebut, Megawati menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Prabowo dalam pidato HUT ke-52 PDI Perjuangan.
“Ini menjadi bentuk penghormatan mendalam terhadap perjuangan Bung Karno,” ungkap Basarah.
Namun, pertemuan ini bukan hanya soal sejarah. Megawati juga ingin membahas situasi global, seperti krisis pangan, perubahan iklim, dan geopolitik dunia. Menurut Basarah, isu-isu tersebut menjadi perhatian utama Megawati, yang khawatir dampaknya terhadap rakyat Indonesia. Basarah menegaskan, pertemuan ini mencerminkan persahabatan yang terjalin lama antara Megawati dan Prabowo.
“Meski berbeda jalur politik, hubungan keduanya tetap harmonis,” katanya.
Selain itu, Basarah menyebut pertemuan ini bisa menjadi landasan untuk memperkuat kerja sama lintas partai. “Ini bukan hanya untuk masa lalu, tetapi untuk masa depan bangsa,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa komunikasi antara kedua tokoh sudah berlangsung dengan baik, meski secara formal belum ada pertemuan langsung. “Pesan-pesan dari keduanya selalu sampai dengan cara yang efektif,” tambah Basarah.
Sebagai Presiden RI ke-8, Prabowo memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga warisan bangsa. Sementara Megawati, sebagai Presiden RI ke-5 dan putri Bung Karno, membawa perspektif sejarah yang mendalam. Basarah optimistis pertemuan ini akan memperkuat hubungan lintas partai demi kepentingan nasional.
“Indonesia memerlukan sinergi antar tokoh besar seperti ini,” ujarnya.
Jika pertemuan ini terlaksana, ia percaya diskusi akan berfokus pada langkah konkret untuk menghadapi tantangan global. “Ini bukan sekadar simbol, tapi langkah strategis,” pungkasnya.
Megawati dan Prabowo diharapkan bisa menunjukkan bahwa perbedaan politik tak menghalangi upaya bersama demi kemajuan Indonesia Raya (RED).
Discussion about this post