SURABAYA, RADIANTVOICE.ID – Menteri Ketenagakerjaan Prof. Yassierly menekankan pentingnya transformasi kebijakan ketenagakerjaan menuju pendekatan yang lebih berpusat pada manusia (people-centric). Hal ini disampaikan saat membuka Comprehensive International Ergonomics Seminar (CIES) 2024 di Surabaya, Kamis (28/11).
“Kita harus beralih dari paradigma tenaga kerja sebagai labour menuju people-centric dengan kolaborasi, teknologi, dan inovasi untuk menciptakan keberlanjutan,” ujar Yassierly dalam pidatonya.
Salah satu fokus Kementerian Ketenagakerjaan adalah penguatan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Provinsi (DK3P) sebagai platform strategis untuk membangun budaya keselamatan kerja yang lebih baik.
Di sela acara CIES, DK3P Jawa Timur menggelar audiensi dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3. Pertemuan itu dihadiri oleh Plt. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Fahrurozi, Direktur Bina Pengujian K3 Muhamad Idham, dan sejumlah pejabat Kemenaker lainnya.
Ketua DK3P Jatim, Sigit Priyanto, menyampaikan apresiasinya atas perhatian pemerintah pusat terhadap program K3. “Kami berharap program unggulan K3 yang relevan dengan tantangan di lapangan dapat terus mendapatkan dukungan,” katanya.
Wakil Ketua DK3P Jatim, Edi Priyanto, mengungkapkan tantangan dalam penerapan K3 di tingkat provinsi. “DK3P Jatim siap membantu pembentukan dewan serupa di provinsi lain, tetapi butuh dukungan lebih kuat dari pemerintah daerah agar berjalan optimal,” ujarnya.
Edi juga mendorong pengenalan budaya K3 sejak dini melalui program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). “Gaya hidup berkelanjutan dapat menjadi bagian dari edukasi K3 yang diajarkan kepada generasi muda,” tambahnya.
Dalam audiensi, DK3P Jatim mengusulkan pelibatan perguruan tinggi untuk mendukung edukasi K3 di berbagai sektor, termasuk lingkungan ASN dan pekerja informal. “Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam memperluas pemahaman tentang K3 di masyarakat,” jelas Edi.
Anggota DK3P Jatim, Dr. Adithya Sudiarno, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Kerja sama antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi adalah kunci keberhasilan budaya K3 yang berkelanjutan,” katanya.
Plt. Dirjen K3 Fahrurozi mengapresiasi DK3P Jatim yang dinilai telah menunjukkan praktik terbaik dalam pengelolaan K3. “DK3P Jatim telah melibatkan banyak pemangku kepentingan lintas sektor. Ini adalah contoh yang bisa diadopsi oleh provinsi lain,” ujarnya.
Konsep people-centric yang digagas Menaker dianggap sejalan dengan tujuan DK3P. “DK3P dapat menjadi salah satu support system pemerintah dalam pengembangan kompetensi tenaga kerja, terutama di bidang K3,” tambah Adithya.
Melalui kolaborasi strategis ini, budaya K3 di Indonesia diharapkan terus berkembang, mendukung peningkatan produktivitas kerja, sekaligus menjamin keselamatan dan kesejahteraan pekerja (RED).
Discussion about this post